Jakarta. Terorisme masih menjadi tantangan global yang harus dihadapi bersama. Tidak hanya pelaku terorisme yang berada di kawasan konflik seperti Syiria dan Iraq, tetapi juga mereka yang ingin kembali ke negara masing-masing, karena biasanya mereka membawa ideologi yang ekstrem.  “Mengubah ideologi tidak bisa dengan senjata,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menerima Kunjungan Kehormatan Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Tunisia Kheimaies Jhinaoui di sela-sela KTT Luar Biasa ke-5 OKI mengenai Palestina dan Al-Quds Al-Sharif, di Nuri Room 1, Jakarta Convention Center, Senin (7/7/206).

Lebih jauh Wapres mengatakan bahwa ketidakkeadilan menjadi pemicu utama munculnya tindakan-tindakan terorisme. Menurut Wapres dengan memberikan rasa adil kepada masyarakat turut meredam pemahaman yang ekstrem.

Namun, lanjut Wapres, apapun bentuknya, terorisme dan ekstremisme tetap harus diberantas, meskipun tidak dengan peperangan. Oleh karena itu, Wapres mengajak Pemerintah Tunisia melakukan kerjasama untuk menanggulanginya yaitu dengan tetap berpedoman pada perdamaian dan toleransi.

Wapres mengapresiasi upaya Pemerintah Tunisia yang telah melindungi negara-negara sahabat dari tindakan terorisme di Libya. Selain merelokasi KBRI di Tripoli Libya ke Djerba Tunisia, pemerintah Tunisia juga telah merepatriasi warga negara Indonesia (WNI) dari Libya ke Djerba. Saat ini jumlah WNI di Tunisia 161 orang, yang sebagian besarnya adalah pelajar/mahasiswa sebanyak 89 orang.

Menurut Jhinaoui, kondisi di Libya saat ini masih belum stabil, mengingat serangan-serangan terorisme yang belakangan terjadi di Tunisia, dilakukan oleh pelaku teroris yang datang dari Libya. “Mereka tahu apa yang mereka lakukan. Serangan terorisme yang dilakukan di Museum telah menghancurkan peninggalan-peninggalan sejarah yang berusia lebih dari 3000 tahun. Bahkan mereka juga menghancurkan salah satu pusat perekonomian Tunisia,” ungkap Jhinaoui.

Jhinaoui mencermati aksi terorisme terjadi karena pelakunya sering mengalami pencucian otak, dan biasanya dilakukan di berbagai pertemuan seperti di masjid-masjid. Kemudian Jhinaoui menanyakan bagaimana Pemerintah Indonesia mengelola masjid yang tersebar di negara tersebut dan mencegah munculnya tindakan ekstrem.

Wapres menjelaskan di Indonesia ada lebih dari 900 masjid, jadi kira-kira setiap 200 penduduk memiliki 1 masjid. Masjid-masjid tersebut dibangun dan dikelola oleh jamaah atau masyarakat setempat. “Mereka tidak berperilaku ekstrem, mereka sangat moderat,” ucap Wapres.

Selain terorisme, pertemuan membahas kerjasama kedua negara di bidang investasi dan perdagangan, “Masih ada ruang yang perlu diperbaiki di sektor ekonomi,” kata Jhinaoui.

Oleh karena itu Wapres mengundang pelaku bisnis Tunisia untuk berinvestasi di Indonesia. Wapres juga menyambut baik kerjasama kedua negara di sektor migas.

Sementara terkait KTT OKI, Wapres mengajak Tunisia untuk bersama-sama memberikan komitmen penuh dan solidaritas bagi berdirinya Palestina yang damai dan merdeka.

“Semoga KTT ini dapat mendorong persatuan antar negara-negara anggota OKI,” harap Wapres.

Hadir bersama Menlu Tunisia Kheimaies Jhinaoui, Dubes Tunisia untuk Indonesia Mourad Belhassen, Konselor Kamel Makkes, dan Sekretaris Satu Baghdadi Dhahbi.

Sementara Wapres Jusuf Kalla didampingi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Energi Sumber Daya Mineral Sudirman Said, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, dan Deputi Kasetwapres Bidang Dukungan Pemerintahan Dewi Fortuna Anwar. (Siti)