Jakarta. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menerima kunjungan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Bambang Brodjonegoro di Kantor Wakil Presiden, Selasa 10 Maret 2015. Dalam pertemuan itu, Bambang yang juga Menteri Keuangan, mengundang Wapres untuk membuka muktamar IAEI dan juga menjadi pembicara utama pada 30 April 2015. “Muktamar itu bukan hanya untuk pergantian pengurus, tetapi juga seminar internasional tentang ekonomi Islam, penandatanganan nota kesepahaman dengan berbagai pemangku kepentingan seperti BI, OJK dan beberapa kementerian,” ucap Bambang.
Dalam pertemuan itu, Bambang menjelaskan bahwa IAEI lahir karena menyadari semangat untuk meningkatkan ekonomi syariah di Indonesia. Tetapi, lanjut Bambang, IAEI memfokuskan pada kegiatan akademik, karena ekonomi Islam bukan hanya monopoli Universitas Islam Negeri, tetapi juga harus tumbuh dan berkembang di universitas biasa. “IAEI bertujuan agar perguruan tinggi membuka program studi ekonomi Islam dan perguruan tinggi besar mau memberi perhatian pada ekonomi Islam,” ucap Bambang.
Hasilnya, menurut Bambang, sudah banyak perguruan tinggi yang membuka program studi ekonomi Islam, baik untuk program S1, S2 maupun S3. “Yang kami dorong adalah agar mahasiswa memahami dulu ekonomi keuangan, baru mempelajari sisi syariahnya. IAEI bersama Ditjen Pendidikan Tinggi bersama-sama menyusun kurikulum,” ujar Bambang.
Bambang juga melaporkan total aset ekonomi Islam yang masih rendah. “Total aset perbankan syariah hanya lima persen dari total aset perbankan nasional,” ucap Bambang.
Wapres menyambut baik pelaksanaan muktamar IAEI dan akan menghadirinya. Mengenai rendahnya total aset perbankan Syariah, Wapres mengusulkan beberapa cara agar ekonomi Islam diminati masyarakat. Misalnya, istilah bahasa Arab yang digunakan dalam perbankan syariah, diganti dengan istilah dalam bahasa Indonesia, agar masyarakat lebih mudah memahaminya. “Bagaimana menyesuaikan dengan gaya ke-Indonesiaan. Dan agar sistem tidak ekslusif,” ujar Wapres.
Wapres mengharapkan IAEI memikirkan bagaimana sistem syariah menjadi sistem yang menarik, sehingga tidak perlu terlalu kaku meniru sistem yang berlaku di Timur Tengah. Tetapi berprinsip pada tiga prinsip ekonomi Islam, yakni aqidah, ibadah dan muammalah.
Turut hadir dalam pertemuan itu, Ketua Dewan Pembina IAEI Fasli Jalal, Dewan Penasehat Aries Mufti, Pengurus Pusat IAEI Uswatun Hasanah dan Bendahara IAEI Denny.
****