Makassar. Pembangunan sektor pendidikan tidak bisa ditawar,karena menentukan maju tidaknya kita di masa depan. Untuk itulah agar mahasiswa fakultas teknologi (FT) Universitas Hasanuddin berpikir maju ke depan, maka konsep pembangunan JK Center bergaya futuristik. Pernyataan ini disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat menyampaikan sambutan pada peresmian gedung JK Center di FT Kampus II Unhas di Gowa, Jumat sore 27 Februari 2015.
Wapres menggambarkan pembangunan JK Center seperti pembangunan bandar udara (bandara). Konsep pembangunan bandara, kata Wapres, harus bergaya futuristik untuk mengatasi perkembangan yang ada di teknologi penerbangan. “Jangan membangun airport bergaya rumah adat. Terkadang kita lupa, hanya berapa orang asing mau lihat airport. Kalau mau lihat rumah adat, pergi ke Bone atau Toraja,” kata Wapres.
Untuk itu, Wapres memilih arsitek yang membangun kota futuristik di Uni Emirat Arab. Bukan tidak percaya kemampuan arsitek dari tanah air, tapi biasanya arsitek kita hanya memandang 2 tahun ke depan. “Kita membutuhkan pandangan 25 tahun ke depan. Kita butuh seperti itu, supaya anak muda maju. Go, go, go, bukan back, back,” kata Wapres.
Pembangunan kampus FT dengan pusat teknologi ini, harus lebih luas dari FT yang lama, serta harus lebih baik, modern. “Pisahkan dengan FISIP, Sastra. Pisahkan. Kalau berkelahi lagi, kita bikin fakultas di Jeneponto,biar kapok dia,” ucap Wapres.
Di kampus yang baru ini, semua mahasiswa harus belajar. Kita, kata Wapres, membangun kampus yang benar, pemanfaatan teknologi ke depan, lingkungan yang mendukung, alam yang bagus. “Nanti ditempati peralatan laboratorium yang berpikir ke depan,” ujar Wapres.
Begitu juga dengan lingkungan di sekeliling kampus, Wapres merencanakan untuk membangun apartemen murah, tapi mahasiswa harus membayarnya. “Daripada kau pergi kemana-mana, lebih baik di sini. Bangun lapangan bola, jangan bekelahi. Main bola biar jangan sumpek,” kata Wapres.
Unhas tidak hanya mempersiapkan perangkat keras seperti gedung dan peralatan, tetapi secara bersamaan disiapkan juga tenaga pengajarnya. Wapres menyampaikan pentingnya para dosen memutakhirkan pengetahuannya. Dalam pandangannya, ilmu yang berkembang paling cepat adalah Teknologi Informasi.
Teknologi Informasi berkembang 100 persen setiap 18 bulan. Oleh karenanya kenapa telpon genggam setiap 18 bulan semakin canggih dan murah. “Dulu HP gede harganya Rp. 10 juta, sekarang kecil, kekuatannya lebih. Harga 1/5-nya,” kata Wapres.
Di bidang ilmu kedokteran, perkembangan terjadi setiap 3 tahun, sehingga kalau dokter tidak belajar,maka setiap 3 tahun ilmunya hanya tinggal setengah. “Insinyur setiap 5 tahun ilmunya hilang setengah. Kenapa konsultan harus dari luar, karena orang kita berpikir baru 10 tahun lagi. Kenapa orang sakit ke Singapura, karena di sana ilmunya jalan,” kata Wapres.
Wapres menggarisbawahi pentingnya pendidikan teknoologi bekerjasama dengan industri, karena terkadang industry lebih maju dibandingkan universitas. “Supaya seimbang, maka dibuka cabang industri. Industri butuh apa, kita risetkan,” kata Wapres.
Wapres juga memuji kemampuan mahasiswa Unhas, terutama saat membuat pembangkit listrik di di Poso yang dilakukan oleh mahasiswa Unhas. Anak Unhas, kata Wapres, bisa asal dipaksa. “Anak-anak di sini tahan tinggal di gunung. Dari universitas besar tidak tahan tinggal di gunung. Di sini anak daerah nyaman di daerah, apalagi ke kota, lebih nyaman lagi,” kata Wapres.
Wapres yang hadir bersama Ibu Mufidah Jusuf Kalla menyapikan rasa terima kasihnya ketika inisial namanya digunakan sebagai nama pusat teknologi Unhas. Sebagai bentuk tanggungjawabnya, Wapres berjanji akan mengatur hubungan dengan industri. “Kenapa penting untuk hubungan industri? Supaya dosen selalu berkembang, gajinya baik. Gimana gaji Rp. 10 juta mau membeli mobil, minimal Rp. 50 juta. Scientist kita harus yang betul-betul kuat,” kata Wapres.
Dalam pandangan Wapres, pendidikan adalah bidang yang harus diberikan perhatian. Perhatian, kata Wapres, tidak berkaitan dengan jabatan. Saat dirinya tidak menjabat Wapres, tetap memberikan perhatian saat pembangunan FT Unhas. “Sekali lagi anak-anakku mahasiswa, jangan lihat kemegahannya. Jadikan masuk ke otak. Insinyur harus pakai otak, tangan dan kaki. Dia harus wise,” kata Wapres.
Sejarah pembangunan JK Center
Dalam peresmian itu, Wapres bercerita kisah awal pembangunan JK Center yang sebenarnya bermula dari seringnya mahasiswa FT Unhas berkelahi. Saat peristiwa itu terjadi pada tahun 2006, Jusuf Kalla juga menjabat sebagai Wakil Presiden, meminta kepada Rektor Unhas saat itu Prof Dr dr Idrus Paturusi untuk memindahkan FT agar tidak berkelahi yang terkadang sampai melakukan aksi pembakaran.
Akhirnya, didapatlah tempat yang cukup luas. Tapi saat meminta bantuan pemerintah daerah, mereka tidak mempunyai anggarannya. Ide awalnya sederhana saja, mengubah pabrik kertas menjadi fakultas dan biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 50 Miliar. “Yang penting jangan bekelahi,” ujar Wapres.
Tetapi sekarang, Wapres meminta untuk tidak mencontoh cara pemindahan FT ini, sehingga untuk meminta gedung baru, dilakukan perkelahian. “Ini terakhir ini, kalau sekarang ada yang bekelahi, kita keluarkan,” kata Wapres.
Dalam perjalanan pembangunan FT ini, Wapres berpikir bahwa kita membutuhkan pusat teknologi di Indonesia yang lebih baik, kemudian saat itu, dipanggillah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk ditanyakan, mengapa institut teknologi hanya di Pulau Jawa yang besar, sehingga pembangunan FT tadi berkembang menjadi pembangunan pusat teknologi. “Saya bilang tolong buat 2 yang besar, satu di barat di Sumatera, satu di Timur. Duitnya urusan saya sehingga bangsa ini bisa maju karena teknologi,” kata Wapres.
Setelah bertemu dengan Mendikbud, Wapres meminta ditambahkan syarat, yaitu perguruan tinggi yang memiliki fakultas teknik yang kuat dan lahan seluas 50 hektar disediakan oleh pemerintah daerah. “Di timur, tentunya Unhas, bukan karena saya alumni Unhas. Di Sumatera kirim surat ke Gubernur Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara,” ujar Wapres.
Di Sumatera,ucap Wapres, tidak ada yang menanggapi. Ditanyakan kepada gubernur yang dikirimi surat, mereka tidak sanggup menyediakan lahannya. “Saya suruh ambil lahan perkebunan, tidak berani. Tapi saya dengar nanti dibangun di Lampung, dan di Kalimantan,”ucap Wapres.
Untuk menyiapkan dananya, Wapres meminta kepada Bappenas untuk membangun kampus yang futuristic dengan teknologi 20 tahun ke depan, bukan 20 tahun ke belakang. Kemudian, Wapres menjelaskan perbedaan universitas dan museum. “Universitas melihat ke depan, museum melihat ke belakang,” ucap Wapres.
Berbicara tentang teknologi, Wapres meminta kita melihat ke depan. Tidak perlu lagi terlena dengan keberhasilan masa lalu, seperti kita sering banggakan keberhasilan kapal phinisi, padahal negara lain telah berhasil membuat satelit. “Berhentilah melihat ke belakang, lihat ke depan. Jangan, jaman dulu kita menguasai ini, itu. Sekarang kita hanya membeli barang dari Jepang dan Cina,” tutur Wapres.
Untuk membangun kampus teknik terbaik ini, Wapres menemui Duta Besar Jepang untuk Indonesia untuk memperoleh bantuan. “Ambasador, kita kan teman. Dulu kan ada pabrik kertas yang menjadi lambang persahabatan, skrg sudah runtuh. Kalau mau kita ganti yang lebih hebat. Bangun universitas, kita butuh Rp 1 Triliun,” ucap Wapres. Saat itu, Dubes Jepang menyanggupinya dan membantu melalui JICA dan JBIC.
Rektor Unhas Dwia Tina Pulubuhu dalam laporannya mengatakan bahwa pengajuan nama JK Center ini diusulkan atas peran Wapres dalam pembangunan gedung ini sejak perencanaan hingga pembangunan. JK Center adalah pusat unggulan teknologi inovatif yang merupakan tanggungjawab sosial sesuai dengan rencana pembangunan Unhas 2030. Dengan adanya JK Center, kata Tina, diharapkan pemanfaatan teknologi tepat guna, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan mendorong masyarakat menggunakan tekonologi inovatif.
Lebih jauh Tina menjelaskan bahwa kerberadaan JK Center menjadi wujud akademisi menjawab tantangan persaingan dalam era globalisasi. “Negara maju unggul bukan tergantung pada kekayaan alam, tapi 65 persen berasal dari kekuatan inovasi dan kemitraan,” ucap Dwia.
Dalam sambutan tertulisnya, Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yasuaki Tanizaki mengatakan bahwa Jepang mendukung kapsitas penelitian. Proyek ini terdiri dari beberapa dimensi, diantaranya menyediakan fasilitas dan kesempatan belajar kepada dosen, memperkuat pengertian dan kerjasama antara pemerintah-bisnis.
Usai memberikan sambutan, Wapres menandatangani batu prasasti dan berkeliling meninjau gedung JK Center. Hadir dalam acara itu, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir, perwakilan Duta Besar Jepang untuk Indonesia, dan civitas akademika Unhas.
****