DI HOTEL KEMPINSKI

15 JANUARI 2016

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakaatuh,

Selamat malam,.

Salam sejahtera bagi kita semua,

 

Yang saya hormati Saudara Gubernur Bank Indonesia,

Yang saya hormati Saudara Menteri Bappenas,

Yang saya hormati Ketua OJK Saudara Muliaman,

Yang saya hormati Saudara Fadel Muhammad Ketua Komisi XI,

Para hadirin-hadirat yang saya hormati.

Marilah kita selalu bersyukur kepada Allah SWT atas kesempatan kita hadir, dalam kesempatan yang berbahagia ini pada pertemuan tahunan para pengusaha jasa keuangan. Apabila saya berdiri di depan anda semua, saya berdiri di depan para Saudara-saudara yang banyak menentukan maju-mundurnya negeri ini, dan tentu bagaimana berkembangnya negeri ini. Karena apabila kita berbicara tentang jasa keuangan, dapat diibaratkan bahwa jasa keuangan itu seperti darah dalam tubuh manusia. Tanpa darah yang baik, yang sehat, kita tidak dapat menikmati kesehatan kita.

Begitu pula tanpa jasa keuangan yang baik, bangsa pun tidak akan dapat berjalan dengan baik, sehingga sebagaimana darah dapat diukur kesehatannya, kemajuan kita hanya dengan transfusi darah. Darah kita ketinggian salah, kerendahan juga salah, berlebihan salah, berkekurangan pun juga salah. Semua dapat diukur, karena itulah perlu adanya keseimbangan dan harmonisasi, begitulah kira-kira jasa keuangan yang menentukan derap langkahnya negeri ini sangat ditentukan oleh sehat atau sakitnya masalah keuangan kita semuanya.

Karena itulah kita harus menjaga bagaimana jasa keuangan kita tetap berjalan sebaik-baiknya untuk mendukung kemajuan bangsa. Sama juga dengan darah, tetapi tujuan kita bukan tentang darah, tujuan kita ialah kesehatan dan keseluruhan bangsa ini. Darah penting, tetapi yang sangat lebih paling penting lagi adalah keseluruhan tubuh kita, bangsa ini. Karena itulah maka bagaimana jasa keuangan dapat memberikan kepada kita sesuatu pertumbuhan yang baik, kesehatan yang baik, dan juga tentu harmonisasi dalam diri dan bangsa ini secara keseluruhan.

Karena itulah saya mengharapkan kita hadir disini untuk itu dan melihat bangsa ini secara keseluruhan, karena apabila bangsa ini sehat maka anda juga pasti lebih sehat, tetapi apabila juga anda tidak mengalami kesehatan, pasti bangsa juga akan mengalami masalah. Karena Itulah, maka marilah kita bekerja bersama-sama untuk itu. Suatu kerjasama antara pemerintah dan dunia bisnis, suatu bisnis ekonomi hanya dapat tumbuh secara bersama-sama.

Memang zaman sekarang adalah suatu zaman kerjasama, kita meninggalkan kondisi dimana semua orang bebas, dan kita limpahkan masalahnya kepada kemampuan pasar, bukan lagi masanya itu. Masanya adalah bagaimana bekerja bersama-sama untuk kemajuan bersama. Kita tentu tadi mendengar dari Ketua OJK telah menggambarkan situasi ekonomi kita dan situasi ekonomi dunia ini. Banyak masalah di dunia ini, banyak tantangan, tetapi di lain pihak tentu disitulah kesempatannya. Dunia usaha, dunia bisnis selalu melihat sisi positifnya, tidak melihat sisi negatifnya, walaupun sisi negatif itu juga perlu kita perhatikan.

Dunia bisnis, dunia usaha melihat apa kemungkinan yang terjadi. Kalau macet tidak berarti kita harus marah kepada kemacetan, tetapi melihat bahwa justru macet, kita berarti butuh jalan tol yang banyak, maka dunia usaha bisa timbul dari situ, begitu juga dengan sebaliknya ataupun kekurangan juga dapat kita nilai dari hal itu.

Dunia memang banyak berubah, seperti digambarkan tadi oleh Saudara Muliaman. Kita juga mempunyai banyak masalah, seperti China bermasalah, Korea, Jepang juga ada kelambatan, Eropa ada kelambatan, Amerika juga ada kelambatan, walaupun mulai ada perbaikan-perbaikan. Greece yang dulu selalu menjadi andalan kemajuan dunia, sekarang semuanya hampir menjadi bagian dari masalah besar di ekonomi masing-masing, di Brasil default yang kita lihat di ekonomi yang terakhir, Afrika Selatan bermasalah. China menurun, India tentu mengalami hal-hal positif dari kita semuanya.

Kita belajar dari itu, bahwa kita membutuhkan suatu pertumbuhan yang baik untuk menghadapi masa-masa yang baik dan kita tidak ingin seperti itu. Kita juga punya banyak pengalaman tentang masalah keuangan pada masa lalu. Bagaimana tahun 1998, 15 tahun yang lalu kita mengalami masalah besar, yang sampai sekarang masih dirasakan oleh golongan kita. DPR tiap tahun harus memutuskan berapa ratus miliar, berapa puluh miliar untuk ditanggung, untuk membayar segala beban-beban masa lalu akibat krisis keuangan yang terjadi di sisi moneter.

Karena itulah, maka semuanya kita harus menyadari tanpa kerjasama kita semua, antara pemerintah, dunia keuangan, perbankan, kita tidak bisa tumbuh dengan baik. Marilah kita lihat ke depan untuk bangsa kita yang lebih baik lagi. Saya yakin tadi pagi Bapak Presiden telah banyak menyampaikan kepada anda semua, Saudara-saudara, semua hal-hal kebijakan umum ekonomi bangsa ini yang harus kita laksanakan secara bersama-sama. Karena kondisi sekarang tentu berbeda dengan masa lalu. Persaingan antara ASEAN, dan bentuk kerjasama sambil bersaing dengan ASEAN, karena MEA itu adalah persaingan dalam kerjasama atau kerjasama dalam persaingan, tetapi selalu yang menang ialah yang efisien.

Begitu juga dunia yang berubah seperti yang saya gambarkan tadi, karena itulah kita tidak bisa menggantungkan ekonomi kita sendiri kepada orang lain pada dewasa ini, karena semua juga mempunyai masalah internal yang harus diselesaikan masing-masing. Karena itulah, dalam beberapa kesempatan saya katakan, pada masanyalah kekuatan dalam bangsa ini harus kita keluarkan. Sama juga dalam dunia persilatan, apabila mengalami pasang surut, maka tenaga dalamlah yang harus kita pergunakan. Kita harus bersyukur, dan kita mempunyai kekuatan dalam yang lebih baik daripada banyak negara.

Kita mempunyai pasar yang kuat dengan penduduk yang besar, sekaligus tenaga kerja yang besar. Kita bukan, tidak hanya selalu kita banggakan, walaupun kadang-kadang kita tidak bisa nikmati dengan baik. Kita mempunyai tenaga-tenaga muda, kita mempunyai anda-anda semua yang mempunyai kemampuan untuk itu. Namun pada akhirnya adalah berupaya bersama yang kita harus tumbuhkan.

Kita juga mengetahui kondisi internal kita, ekonomi kita. Kita maju dalam pertumbuhan yang lebih rendah dibanding sebelumnya, tentu pertumbuhan yang rendah artinya kita tidak bisa menyerap seluruh generasi muda yang ingin mempunyai pekerjaan. Padahal suatu ekonomi yang tumbuh adalah suatu pertumbuhan yang dapat menyerap dan memberikan lapangan kerja untuk kita semua, karena hanyalah orang yang bekerja dan pada akhirnya juga yang dapat punya penghasilan, dan hanyalah orang yang mempunyai penghasilan yang dapat menabung diperbankan, dan lain-lainnya. Hanyalah orang yang bekerja yang dapat menggerakkan ekonomi dan menjadi bagian dari anda semuanya.

Itulah hal-hal yang tentu saling berhubungan di antara ekonomi kita semua dalam bangsa ini. Seperti saya gambarkan tadi, apa yang harus kita gerakkan dalam kondisi hari ini. Disamping kita maju dengan efisien, juga maju secara bersama-sama. Kita mengetahui apabila ada 2 (dua) hal yang selalu menjadi tujuan bangsa ini, adalah pertumbuhan yang adil atau kemakmuran yang adil. Kita mengalami tantangan-tantangan yang tentu cukup berat. Pertumbuhan seperti dikatakan yang belum cukup untuk memberikan lapangan kerja yang besar kepada kita semua.

Dan yang kedua adalah keadilan yang dapat diukur dalam bermacam-macam cara, termasuk dengan gini ratio yang relatif lebih tinggi daripada sebelumnya, 0,41 atau 0,43 di perkotaan. Suatu situasi yang menjadi lampu kuning untuk suatu bangsa seperti Indonesia. Ada negara yang memang gini rationya tinggi, tetapi pertumbuhan juga cukup baik, sehingga semua bangsa itu tidak mengalami masalah. Maka yang bermasalah ialah apabila pertumbuhannya tidak terlalu rendah (baca=tinggi, ed.), tetapi gini ratio-nya yang tinggi, itu yang menjadi masalah.

Sering saya katakan, banyak negara tumbuh dengan rendah, tetapi tidak masalah, karena dia adil maka tidak soal. Negara yang bermasalah ialah apabila ketidakadilan muncul di negeri itu. Selalu saya menggambarkan, bahwa Timur Tengah, Arab Spring, itu muncul karena gini ratio dia yang mendekati 45 (0,45, ed.). Kita bersyukur, bahwa kita tidak sampai ke situ, tetapi apabila kita tidak hati-hati akan juga bisa mendekati angka-angka yang berbahaya itu, sehingga menimbulkan suatu bangsa itu bisa bermasalah, dan kadang-kadang ada bangsa runtuh, karena ketidakadilan itu.

Jadi apa yang harus kita kembalikan, kita kembali kepada tujuan berbangsa kita, bagaimana memajukan bangsa ini dan sekaligus adil, tumbuh sekaligus merata. Itulah bagian yang sangat penting dalam upaya bersama kita semua. Dan dimana peranan lembaga keuangan, dimana peranan perbankan, dimana lembaga keuangan lainnya untuk mencapai hal tersebut.

Saudara-saudara sekalian,

Tentu sekarang kita menjadi suatu pilihan yang baik, tumbuh secara bersama. Selalu juga menjadikan pertanyaan kita semua, Indonesia satu-satunya ASEAN yang anggota G20, artinya besaran ekonomi kita cukup besar, karena no.16 dari G20 itu, tetapi kenapa perbankan kita, lembaga keuangan kita hanya no.11 dan no.12 di negara-negara ASEAN ini, 5 kali lipat dibanding bank terbesar di Singapura dan 2,5 kali lipat dibanding bank terbesar di Malaysia, padahal ekonomi kita lebih besar dari mereka secara kerseluruhan.

Tentu hal ini, menjadi perhatian kepada kita semuanya dan banyak hal yang dapat diambil dari situ. Dan tentu yang pertama, mungkin kita kebanyakan lembaga keuangan, dibanding besaran ekonomi. Artinya adalah, bahwa kita membutuhkan suatu lembaga keuangan yang kuat, sekaligus mempersatukan atau memberikan sesuatu kekuatan yang besar kepada lembaga keuangan dengan jumlah yang tidak sebanyak sekarang. Dan itulah yang harus terjadi apabila kita ingin menjadi efisien.

Kedua, adalah suatu pikiran, kita maju dengan mengambil keuntungan yang baik atau maju karena kue yang besar. Ini pilihan yang harus kita ambil. Dan pemerintah sebagaimana juga telah disampaikan oleh Presiden tadi pagi, kita akan memberikan kebijakan untuk membagi, membesarkan kue secara bersama-sama, kemudian membagikan kue itu secara baik kepada kita semua, bukan seorang mempunyai bagian yang besar, dan yang lainnya mempunyai bagian yang sangat kecil.

Ini telah tercermin dalam angka-angka yang baru kita ketahui, bahwa pada dewasa ini 1% keluarga Indonesia menguasai 50% aset nasional. Itu tentu suatu kondisi yang harus kita perbaiki, karena menimbulkan masalah-masalah, seperti bagaimana saya katakan tadi, akan masalah besar untuk bangsa ini. Apabila 1% menguasai 55% dan apabila kita naikkan ke 10% yang besar menguasai 77% daripada aset seluruh bangsa ini, kita keluar dari tujuan berbangsa yang makmur dan adil. Karena itulah, maka segala upaya pemerintah akan menuju ke arah sana. Kita tidak berarti akan menurunkan yang 10% itu, tetapi kita harus menaikkan yang 90% itu secara bersama-sama. Kuenya kita besarkan, sambil membesarkan yang kecil, hanya itulah bangsa dapat berjalan dengan baik, hanya itulah hal yang harus kita wariskan kepadanya, apabila tidak maka kita akan mewariskan konflik-konflik sosial, apabila kita menjalankan itu.

Angka gini ratio yang jelek itu terjadi setelah krisis tahun 1998. Apa artinya. Artinya adalah pada krisis keuangan tahun 1998 itu yang kecil makin sulit, tetapi beberapa di antara kita justru mengalami pemindahan aset, yang terjadi membesarkan aset pada waktu krisis, itu artinya ternyata dalam krisis itu yang membayar masyarakat umum, membayar kepada yang mampu. Itu yang terjadi pada saat-saat itu, karena seluruh beban krisis moneter ditanggung oleh fiskal.

Itu sesuatu yang sebenarnya harus kita koreksi apabila terjadi di kemudian hari. Itulah sebabnya dalam dalam diskusi kita semua, kita katakan, bahwa bukan masanya lagi, bahwa semua perilaku lembaga keuangan harus dijamin oleh pemerintah, segala masalah dalam moneter harus dijamin oleh fiskal, itu tidak akan kita tolerir lagi, karena akan berakibat ketimpangan bangsa yang sangat besar.

Seperti yang saya katakan tadi, ketimpangan yang besar justru terjadi setelah krisis tahun 1998. Jadi krisis tahun 1998 itu menghasilkan banyak orang yang mempunyai kemampuan. Apakah itu secara baik atau secara tidak baik setelah terjadi pada waktu itu. Karena itulah, maka dimana pemerintah harus menjamin kerusakan yang terjadi karena perbuatan di lembaga-lembaga keuangan, maka pemerintah tidak akan bisa mentolerir lagi pada masa yang akan datang. Karena itulah maka lembaga haruslah hidup sehat dengan aturan-aturan yang baik.

Saya berterima kasih kepada OJK dan Bank Indonesia, yang semakin memperbaiki sistem pengawasan dan sistemnya yang tersendiri, sehingga tidak terjadi lagi kesulitan-kesulitan, yang kemudian hari dilimpahkan kepada rakyat ini. itulah kebijakan umum yang harus dijalankan, dan harus anda ketahui, supaya kita dalam hidup sehat untuk kita semua, artinya adalah janganlah apabila kita kembali mempergunakan darah, tidak semua kekurangan darah harus kita panggil orang-orang kecil untuk melakukan transfusi darah kepada siapa yang sulit, maka masing-masing harus menjaga kesehatannya dan bertanggungjawab apa yang telah dilakukannya.

Itulah suatu prinsip pokok yang harus kita laksanakan. Saya tadi baru bicara dengan Ketua Komisi XI, bahwa kita akan menyusun Undang-undang seperti itu dan masing-masing bertanggungjawab kepada apa yang telah dibuatnya, dan pemerintah tentu akan mengawasi apa yang dilakukannya. Jangan lagi mengharapkan anda merusak lembaga masing-masing dan meminta pemerintah untuk menjamin apa yang anda buat.

Kita tidak ingin ada lagi bailout, tetapi yang ada bail-in, masing-masing pihak untuk menjaga kesehatan masing-masing. Itulah suatu kebijakan dalam hal menghadapi masa-masa sulit, karena memang di dalam apapun, terjadi masa-masa yang baik dan masa-masa yang sulit.

Kita tidak mengharapkan masa sulit, tetapi apabila terjadi masa sulit semua harus bertanggungjawab apa yang telah dibuatnya. Tuhanpun juga berkata begitu. Anda harus bertanggungjawab atas apa yang anda lakukan, bukannya anda memberikan sesuatu kepada orang lain, tetapi orang lain yang bertanggungjawab. Itulah tentu yang kita harapkan dan itu juga tentang suatu akibat apabila terjadi kesulitan.

Yang kedua adalah bagaimana memberikan efisiensi dan memajukan negeri ini. Dan telah banyak juga saya sampaikan, sebelumnya juga disampaikan oleh Bapak Presiden tadi pagi, bahwa dalam suasana persaingan untuk memajukan negeri, dimana kekuatan internal diri kita harus kita majukan. Kita mempunyai 4 (empat) tantangan besar untuk maju dalam keadaan seperti ini.

Pertama bagaimana pasar keuangan, bagaimana dunia usaha efisien. Kedua bagaimana kita memberikan kemudahan dalam logistik dengan infrastruktur yang baik. Pemerintah telah dan akan membangun infrastruktur jauh lebih banyak dibanding sebelumnya. Pada anggaran tahun 2016 ini, anggaran infrastrukturnya 50% lebih tinggi daripada tahun yang lalu. Ini akan terus kita tingkatkan, apapun kelebihan kita, akan kita berikan untuk sektor keuangan, sektor infrastruktur dan sektor sosial.

Dan berikutnya tentu banyak keluhan tentang energi. Kita membangun energi sebesar-besarnya dengan cara yang baik, 35000 MW nanti akan diselesaikan dalam kurun waktu 4 tahun lagi, transmisi mungkin 46000 km dalam 4 tahun, sehingga tidak ada lagi yang mengeluhkan industri dengan keadaan energi. Begitu juga tentang birokrasi, kita perbaiki, pangkas banyak hal-hal yang secara birokrasi memperlambat usaha-usaha kita semuanya.

Ini semuanya menjadi bagian dari usaha kita semua. Apabila saya berbicara disini di sektor keuangan tentu yang kita harapkan ialah selalu tingkat persaingan yang baik, suatu budaya, suatu mindset yang berubah. Sebelumnya mindset kita adalah seakan-akan kita tidak mempunyai daya untuk hidup berusaha dengan hanya single digit, tingkat bunga dan yang lain-lainnya, seakan-akan tidak bisa, karena itulah harus dipaksakan bisa, karena memang bisa berjalan.

Karena itulah maka, kenapa itu bisa terjadi. Karena apabila bunga tinggi mempunyai banyak akibat-akibat yang negatif juga. Yang pertama adalah apabila bunga tinggi, berarti deposito itu tinggi, berarti orang akan kekuarangan daya entrepreuner, lebih baik hidup dengan bunga daripada berusaha. Itulah yang ingin kita didik masyarakat, bahwa janganlah anda terlalu mendapatkan hidup dari bunga, hiduplah dari pohon, dengan menanam pohon, bukan hanya memetik bunga saja.

Ini akan menimbulkan daya saing internal bangsa ini. Apabila tingkat deposito turun otomatis nilai (interest, red.) rate pasti lebih turun, karena itu akan menimbulkan daya saing, sehingga timbullah daya entrepreuner dan daya saing yang kuat. Karena itulah, walaupun sedikit, saya juga menyampaikan terima kasih kepada Bank Indonesia yang telah menurunkan BI Rate yang lebih sedikit ini, tentu harapan kita adalah pada masanya akan lebih baik dari itu. Tetapi sementara terima kasih juga kepada Saudara Gubernur bank Indonesia untuk itu. Saya yakin akan lebih baik, sehingga akan lebih konsisten.

Kita harus merubah mindset masyarakat kita, karena suatu lembaga akan bisa menyeimbangkan kemajuan suatu lembaga keuangan yang lainnya. Sering saya katakan, berapapun anda berkampanye OJK untuk meningkatkan pasar modal, tidak akan bisa maju sebesar-besarnya selama bunga deposito tinggi. Akhirnya bursa kita 65% semua dibeli oleh asing, sehingga kita sangat tergantung kepada keluar masuknya dana jangka pendek, karena itu membahayakan suatu bangsa. Berikutnya adalah tentu dengan bunga yang seimbang itu kita akan baru bisa bersaing.

Buktinya seperti tadi itu, memang ada bank yang untung dengan bunga tinggi. Karena itulah, maka kita tidak mengapresiasi lagi bank yang mempunyai keuntungan yang tinggi dengan bunga yang tinggi. Kita mengapresiasi adalah bank yang mempunyai pertumbuhan yang baik, tetapi mempunyai tingkat jangkauan yang besar dan memberikan efisiensi kepada ekonomi nasional.

Namun, pada tahap awalnya, khususnya untuk kredit usaha kecil dan menengah. Pemerintah memberikan subsidi, sehingga haruslah membuktikan bahwa kita bisa berjalan dengan single digit. Pada tahun awal 1970-an, ekonomi juga tumbuh dengan single digit, semua yang berkembang pada dewasa ini, yang masih diharapkan oleh banyak pengusaha termasuk pengusaha-pengusaha besar, hasil dari efisiensi bunga itu. Hampir semua kelapa sawit, kebun dewasa ini juga dimulai dengan kredit yang murah. Justru itu, banyak usaha-usaha yang maju karena kredit yang murah, dan tentu juga anda semua pasti lebih tahu.

Resiko perbankan, NPL-nya pasti lebih rendah apabila bunganya rendah, yang pasti lebih tinggi apabila bunganya tinggi. Itulah suatu keadaan. Dan yang kedua juga, saya mempelajari hampir semua kemajuan banyak negara, hampir tidak ada negara yang tumbuh karena bunga tinggi, karena semuanyalah bunga turun dengan upaya kerja keras, bukan dengan upaya hanya menunggu tiap bulan pergi ke bank untuk menarik bunganya.

Tentu banyak pertanyaan, kalau begitu bagaimana anda bisa hidup, bagaimana bunga dengan modal, mau diapakan rupiah, rupiah tidak kemana-mana. Sering saya katakan, bunga tinggi itu karena persaingan, karena bunga berapa persenpun rupiah akan tetap di Indonesia, hanya pindah bank saja. Jadi tidaklah benar, bahwa kalau bunga rendah, maka rupiah nanti akan sulit di dapat, di pasar tidak sama sekali.

Zaman dimana orang menyimpan rupiahnya di bawah bantal, sudah lewat itu, sudah tidak ada lagi orang berani. Anda punya uang 100 juta di rumah, mungkin dalam waktu   1 hari atau 2 hari akan dirampok anda, jadi seperti itu. Kemudian juga tentu tidak efisien untuk membawa uang kemana-mana, semuanya sudah berubah. Karena itulah, maka tetap saja rupiah ada disitu, dan banyak orang mengkhawatirkan seperti itu, pergi kemana rupiah itu, tidak akan kemana-mana. Hanya berputar-putar antara bank yang satu dengan bank yang lain, bank yang di percaya dan bank yang tidak dipercaya, hanya itu masalahnya saja. Karena itulah pada masa datang yang kita harapkan ialah perbankan dan lembaga keuangan ya maju karena kepercayaan, bukan karena suatu tingkat bunga yang tinggi, karena itu tidak akan memajukan bangsa ini secara keseluruhan. Itu hal yang kedua dalam kebijakan pemerintah, seperti yang saya katakan tadi, bahwa kita harus efisien dan seperti itu.

Kita sudah berbicara panjang dengan Bank Indonesia, terimakasih kepada Bank Indonesia, terima kasih kepada OJK, dan terima kasih kepada siapapun lembaga-lembaga untuk menjalankan suatu mindset seperti itu. Bangsa harus tinggi indeks kemampuannya untuk berusaha, bukan tingkat kemampuannya untuk menyimpan uang saja. karena itulah yang nanti akan membesarkan bangsa ini. Tidak ada bangsa yang besar, tanpa spirit untuk maju seperti itu. Karena itulah maka tentu saya harapkan, bahwa dengan kerja keras anda semua, dengan suatu kerjasama yang baik, antara pemerintah dan dunia usaha, dan suatu tingkat keamanan yang baik bangsa ini.

Kita bersyukur negeri ini, berbeda dengan negara-negara yang lain, bahwa tingkat kestabilan nasional kita jauh lebih baik dibanding dengan negara-negara lain, baik polisi dan keamanan. Dapat dibuktikan kemarin, apabila kita bandingkan dengan banyak negara lain, apabila ada bom, ada terror, berhari-hari menjadi masalah, dan kita bersyukur walaupun ada korban jatuh, kita bersedih, dalam 3 jam semuanya selesai.

Tidak ada negara yang seperti ini, kita berterima kasih kepada keamanan kita, suatu tingkat prestasi kita semua. Tadi saya ditanya banyak wartawan, kenapa kemarin pada saat ada teror masyarakat tetap berkumpul di jalan, walaupun di depannya ada tembak-menembak. Saya bilang, itulah Indonesia, mempunyai tingkat keyakinan bahwa dia akan selamat apapun yang terjadi, dan tidak takut pada masalahnya.

Coba lihat di banyak kejadian, apabila ada bom orang pada berlarian, justru di Jakarta orang pada berdatangan. Jadi itu menandakan, bahwa kita tidak punya rasa khawatir dan itu menimbulkan bahwa kita stabil baik dalam pemikiran dan tingkah laku. Begitu juga dalam politik, cuma di Indonesia, di banyak negara kadang-kadang partai politik makin banyak oposan, di Indonesia makin sedikit yang oposan setiap hari. Itu artinya adalah terjadi stabilitas di politik tentu, sehingga tingkat ekonomi saja yang menjadikan tantangan yang kuat, tetapi itu sangat penting sekali. Tetapi masalah politik dan ekonomi, masalah politik dan sosial akan bermasalah, apabila ekonomi kita rusak.

Karena itulah, walaupun kita tumbuhnya tidak terlalu tinggi dibanding dengan harapan banyak orang, namun kita tumbuh di tingkat menengah, itu yang tidak terlalu tinggi dan ini harus kita jaga dengan baik. Tetapi kita mempunyai kesempatan yang baik untuk menyelesaikan itu. Itulah harapan kita semua, kepada anda semua. Sebagai darah dari seluruh ekonomi bangsa ini, bahwa kesempatan ditentukan oleh perilaku kita semua, dengan cara kita semuanya.

Sepertinya saya ingin ulangi, darah tinggi bermasalah, darah rendah juga bermasalah. Inflasi sulit bermasalah, deflasi juga masalah. Karena itulah, maka tentu OJK memberikan pengawasan dan Bank Indonesia, bahwa saya berterimakasih kepada para usaha-usaha yang baik, datang dari luar, yang berinvestasi di Indonesia dalam bidang keuangan, tetapi janganlah berpikir kita tidak bekerja sama, tetapi jangan juga terlalu banyak mengeluh di negeri ini, dengan (bunga, red.) 2% ambil dari luar dan 3%, di Indonesia anda jual 20% bukan membantu, tetapi mengeruk itu, karena itulah kita mengharapkan semuanya di dalam negeri seperti itu.

Marilah kita tetap menjaga bangsa ini, karena bangsa yang baiklah menjadi lahan usaha anda semuanya. Bangsa yang punya uanglah yang menjadikan dasar dari kemajuan perbankan, bukan sebaliknya. Karena itulah, maka awal tahun ini kita bersama untuk maju bersama-sama, maju pertumbuhannya, mengurangi kesenjangannya dan menimbulkan ekonomi masyarakat secara baik, dan menimbulkan suatu harapan masa depan yang baik di negeri ini.

Saya yakin, kita mempunyai kelebihan dibanding negara lain. Kita yakin juga, bahwa bank di Indonesia bukan hanya selalu bertengger di antara urutan 11-12, di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand, tetapi harus juga menjadi bank yang baik, tidak perlu kita gabung. Kalau kita gabung itu bukan upaya keras namanya, itu hanya masalah administrasi namanya, untuk membesarkan bank. Kita ingin maju karena usaha keras, tetapi ingin maju karena prestasi bukan karena administrasi.

Karena itulah maka tentu harapan kita semua untuk seperti itu membesarkan bangsa secara bersama-sama. Saya percaya dan apa yang harus dilakukan apabila kita menjalankan suatu upaya bersama-sama, kerjasama yang erat antara pemerintah dengan para dunia bisnis, antara seluruh masyarakat kita semua.

Dan itulah tujuan kita semua. Maju secara bersama-sama, makmur dan adil secara bersama-sama, maju dan nikmati kemajuan itu dengan usaha kita semuanya. Terima kasih atas kepercayaan anda dan selamat.

Wabilahittaufiq wal hidayah,

Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakaatuh.