Jakarta, wapresri.go.id – Pemerintah secara agresif terus berupaya menurunkan prevalensi stunting dengan target sebesar 14 persen pada 2024. Salah satu strateginya berupa kampanye perubahan perilaku untuk mencegah stunting yang memerlukan keterlibatan seluruh elemen bangsa, baik individu, kelompok, maupun komunitas keagamaan.

Dalam hal ini, umat Islam sebagai penduduk mayoritas bangsa Indonesia dinilai memiliki potensi besar bagi kampanye pencegahan stunting ini. Terlebih, salah satu survei global menempatkan Indonesia pada peringkat ke-7 negara paling religius di dunia, sehingga karakteristik ini kian memperbesar peluang untuk mengedukasi masyarakat melalui pendekatan keagamaan.

Untuk itu, peran para tokoh agama, pimpinan organisasi masyarakat (ormas) Islam, penyuluh agama, da’i, dan dai’yah, sebagai penyampai nilai-nilai dan pesan keagamaan di masyarakat sekaligus menjadi sumber ilmu (manbaul ‘ulum), pendidik (murabbi), penggerak (muharrik), dan teladan (uswatun hasanah) bagi umat, menjadi sangat strategis.

“Peran da’i, da’iyah, dan penyuluh agama saya kira sangat vital, sebab mereka hadir langsung di tengah komunitas. Khotbah, ceramah, dan tausiah dapat menjadi media pendidikan yang efektif untuk meneruskan pesan-pesan kebaikan kepada umat, termasuk edukasi bahaya stunting dan cara mencegahnya,” tegas Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin selaku Ketua Pengarah Tim Percepatan Penurunan Stunting (TP2S) saat membuka Halaqoh Nasional Pelibatan Penyuluh Agama, Da’i, dan Da’iyah untuk Mendukung Percepatan Penurunan Stunting, di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 6, Kamis pagi (06/10/2022).

Lebih jauh Wapres menjabarkan pesan-pesan dakwah seputar pencegahan stunting yang dapat disampaikan oleh para pendakwah. Pertama, sebut Wapres, ajakan hidup bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, termasuk di dalamnya tidak membuang air sembarangan.

“Kebersihan itu bagian dari iman. Ini harus dibudayakan,” pintanya.

Yang kedua, sambung Wapres, adalah ajakan mengonsumsi makanan bergizi, terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi berusia 2 tahun. Menurutnya, ini juga telah diajarkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 168.

“Asupan gizi yang baik menjadi kunci pertumbuhan dan perkembangan agar anak terhindar dari stunting,” tutur Wapres.

Yang ketiga, Wapres mengajak para orang tua untuk memberikan pengasuhan yang baik kepada anak-anaknya.

“Pengasuhan di keluarga merupakan salah satu faktor pembentuk karakter dan kualitas manusia Indonesia ke depan,” ujarnya.

Yang keempat, Wapres menekankan pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, makanan pendamping ASI setelah 6 bulan, serta konsumsi tablet tambah darah bagi remaja putri, calon pengantin, dan ibu hamil.

“Selanjutnya, perkawinan juga harus dilakukan oleh pasangan berusia matang, baik fisik, psikologis, spiritual, maupun ekonomi, yaitu setidaknya pada usia 19 tahun menurut ketentuan UU [undang-undang].

Wapres menjelaskan, pertimbangan mengenai ketentuan tersebut bukan terletak pada masalah boleh atau tidak boleh, melainkan mempertimbangkan kemaslahatan.

“Jadi, pertimbangan yang digunakan untuk menunda sampai kepada situasi itu adalah mengambil yang paling maslahat. Walaupun boleh tapi kalau itu tidak maslahat, harus kita hindarkan,” imbuh Wapres.

Dalam kesempatan yang sama, Wapres meminta para penyuluh agama, da’i, dan da’iyah agar mengajak masyarakat dengan cara-cara yang bijaksana, bermuatan edukatif (al-mau’idhatul hasanah), ucapan-ucapan yang santun (qaulan layyina), dan keteladanan yang baik (al-uswatul hasanah) dalam upaya mencegah stunting demi menyiapkan manusia Indonesia berkualitas.

“Semoga melalui dakwah yang sejuk dari para da’i, da’iyah, dan para penyuluh agama, kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap stunting kian meningkat, demi terwujudnya cita-cita mencetak generasi muda bangsa yang sehat, cerdas, unggul, dan berdaya saing,” pungkasnya.

Senada dengan Wapres, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyambut baik penyelenggaraan kegiatan ini sebagai bagian menunaikan perintah agama untuk mempersiapkan generasi emas bangsa Indonesia.

“Agama memerintahkan kita agar tidak mewariskan generasi yang lemah dan sebaliknya kita harus menyiapkan generasi yang terbaik. Oleh karena itu, kegiatan ini merupakan variabel yang tidak bisa dipisahkan dari persiapan masa depan calon pemimpin negeri,” ungkap Yaqut.

Sedangkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) selaku Ketua Pelaksana TP2S Hasto Wardoyo menyampaikan terima kasih atas dukungan strategis pelibatan para penyuluh agama, da’i, dan dai’yah dalam mengedukasi masyarakat mengenai stunting.

“Kami percaya, melalui halaqoh nasional bersama para ulama, da’i, da’iyah, dan seluruh jajaran penyuluh agama di seluruh Indonesia, maka insyaallah percepatan penurunan stunting dengan meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat akan lebih cepat tercapai,” ucap Hasto.

Sebagai informasi, Halaqoh Nasional ini digelar secara hibrida. Peserta luring terdiri atas 24 orang  perwakilan Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh) dan para Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama dari 12 provinsi prioritas percepatan penurunan stunting serta pimpinan perwakilan ormas Islam tingkat pusat. Adapun peserta yang hadir secara daring berjumlah lebih dari 25 ribu penyuluh agama, da’i, da’iyah, penghulu Kantor Urusan Agama, Kantor Wilayah Kementerian Agama, dan Kantor Wilayah BKKBN seluruh Indonesia, serta perwakilan dari kementerian/lembaga.

Tampak hadir mendampingi Wapres saat acara yaitu Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Suprayoga Hadi, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan dan Wawasan Kebangsaan Velix Vernando Wanggai, serta Staf Khusus Wapres Muhammad Imam Aziz. (RR/RJP, BPMI-Setwapres)