Jakarta, wapresri.go.id – Ulama memegang peranan penting dalam mengembangkan pemahaman Wasatiyat Islam yang menjadi modal untuk mewujudkan perdamaian.
Demikian inti sambutan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat menutup Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama Dunia mengenai Wasatiyat Islam di Istana Wakil Presiden, Jl. Merdeka Selatan Jakarta, Kamis, 3/5.
“Ulama memiliki peran penting dalam mewujudkan perdamaian. Di banyak tempat di dunia, termasuk di Indonesia, para ulama sangat dipercaya dan diikuti,” ujar Wapres.
Wapres menambahkan apabila para ulama memberikan pandangan, maka masyarakat lebih percaya atau menuruti. “Begitupun bila ada pandangan yang keliru, masyarakat juga akan mengikuti,” lanjutnya.
Berdasarkan pengalaman Wapres, selain karena invasi atau intervensi pihak luar, faktor internal penyebab konflik berdarah adalah adanya pemikiran-pemikiran yang radikal.
“Pengalaman Indonesia dan di beberapa tempat, konflik berdarah terjadi karena pemikiran-pemikiran yang radikal. Banyak terjadi bunuh diri dan perang dengan atas nama agama,” terangnya.
Untuk itu, Wapres menekankan pentingnya pengajaran Islam yang Wasatiyah (moderat) yang akan membawa pada perdamaian.
‘Tugas kita para pemimpin agama, para alim ulama untuk menjaga agar dakwah dalam moderasi, wasatiyah,” paparnya.
Di pertemuan itu, Wapres berharap Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama di Bogor ini dapat menjadi langkah untuk menghentikan ajaran-ajaran radikal yang menjadi ancaman bagi perwujudan perdamaian.
“Pertemuan ini bukan saja memikirkan tapi menghentikan ajaran-ajaran radikal yang menyebabkan masalah di dunia Islam,” pintanya.
Menuju perdamaian dan kemajuan dunia Islam
Untuk mendorong perdamaian di sejumlah negara Islam yang tengah menghadapi konflik seperti di Afghanistan, kata Wapres, Indonesia akan mengundang ulama dari Afghanistan dan Pakistan.
“Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam terbesar di dunia merasa memiliki tanggung jawab untuk bersama-sama menciptakan Islam yang damai.” ujar Wapres.
Di forum itu, Wapres mengingatkan bahwa konflik berkepanjangan di suatu negara, selain menghancurkan negara itu, juga merupakan kerugian bagi peradaban dunia.
“Memerlukan waktu 50 tahun untuk merehabilitasi,itu merupakan kerugian yang luar biasa,” ucapnya.
Sebelumnya, Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin menyebut Pertemuan Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim ini, dihadiri sekitar 100 peserta dari berbagai negara telah menghasilkan Pesan Bogor yang isinya, merangkum inti ciri wasatiyat Islam.
Dalam laporannya, Din juga, menyampaikan harapan mengenai pertemuan Wasatiyat Islam ini dapat berlangsung secara berkala dan terbentuk jejaring untuk mengarusutamakan Wasatiyat Islam,” kata dia.(AKS/RN, KIP Setwapres)