Jakarta, wapresri.go.id – Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh rahmat dan ampunan. Selain menjadi waktu yang tepat untuk meningkatkan ketaqwaan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, bulan yang suci ini juga merupakan kesempatan bagi umat Islam untuk berlomba-lomba melakukan kebaikan kepada sesama manusia. Adapun salah satu amalan mulia yang dianjurkan untuk dilaksanakan di bulan Ramadan adalah menyantuni anak yatim.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin menyampaikan, agama Islam mengajarkan para pemeluknya untuk memuliakan, mengasihi, dan menyejahterakan anak yatim. Menyantuni anak yatim, lanjutnya, memiliki banyak keutamaan. Sehingga menurut Wapres, amalan ini sangat sayang apabila dilewatkan, terlebih di bulan suci Ramadan.

“Tidak hanya mendatangkan pahala, kebaikan, dan pertolongan Allah SWT, menyantuni anak yatim juga menjadi investasi amal untuk akhirat, sekaligus perlindungan di hari kiamat,” ucapnya saat memberikan sambutan dalam acara Pemberian Santunan kepada 3.333 Anak Yatim di bulan Ramadan 1445 Hijriyah yang diselenggarakan oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk. di Assembly Hall, JCC Senayan, Jl. Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (19/03/2024).

Mengutip sabda Rasulullah SAW, Wapres menjelaskan sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, yang artinya “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau, serta agak merenggangkan keduanya”, bahwa mereka yang memuliakan kehidupan anak yatim akan dekat dengan Rasulullah saat di surga kelak.

Wapres juga menuturkan, Nabi Muhammad SAW terlahir sebagai anak yatim. Ketika usianya menginjak 6 tahun, Rasulullah kehilangan ibunya sehingga Beliau menjadi yatim piatu. Kendati begitu, kata Wapres, Rasulullah adalah sosok pekerja keras dan pantang menyerah.

“Beliau menjadi pemimpin besar, pemimpin dunia yang kepemimpinannya sampai ke kita semua, sampai ke Indonesia,” ujarnya.

Wapres menjelaskan bahwa sepanjang hidup Beliau, Rasulullah gigih dan sanggup memperjuangkan agama Islam secara damai. Upaya beliau di antaranya adalah mendamaikan konflik antara Suku Aus dan Khazraj di Madinah dan mempersatukan kaum Muhajirin dan Anshar.

“Beliau juga menjadi pemimpin untuk mencapai Perjanjian antar Kabilah di Makkah, namanya Hilful Fudhul, yang menyepakati untuk melindungi kaum yang terzalimi,” paparnya.

Sebelum mengakhiri sambutannya, Wapres berpesan kepada seluruh anak yatim yang menghadiri acara tersebut untuk tidak berputus asa dan merasa rendah diri. Sebab katanya, ada sebuah ungakapan yang berbunyi, Yatim yang sesungguhnya bukan yang ditinggalkan ayah, tetapi yatim sesungguhnya adalah yatim yang tidak punya ilmu, yang tidak punya amal.

“Jadi, yatim yang sesungguhnya itu orang yang enggak ada ilmunya, enggak ada amalnya. Itu yang yatim. Jadi kalian sebenarnya sepanjang memiliki ilmu dan amal, itu bukan yatim lagi,” jelasnya.

Wapres juga berpesan agar generasi penerus bangsa menjadikan bulan suci Ramadan sebagai momentum untuk lebih meneladani Rasulullah SAW.

“Tingkatkan terus semangat belajar untuk mengejar cita-cita yang tinggi,” pungkasnya.

Turut hadir dalam perhelatan ini, jajaran komisaris, direksi, dan dewan pengawas syariah BSI beserta sebanyak 3.333 anak yatim piatu penerima manfaat santunan.

Sementara itu, terlihat mendampingi Wapres antara lain Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Suprayoga Hadi, Deputi Bidang Administrasi Sapto Harjono Wahjoe Sedjati, dan Staf Khusus Wapres Masduki Baidlowi. (HB/RJP, BPMI – Setwapres)