Jakarta, wapresri.go.id – Kinerja industri perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2021 tercatat tumbuh positif, namun demikian masih terdapat sejumlah tantangan dalam pengembangannya yang meliputi (1) masih rendahnya market share perbankan syariah terhadap perbankan nasional; (2) inovasi digitalisasi yang mengubah model bisnis keuangan; (3) kewajiban spin off atau pemisahan Unit Usaha Syariah (UUS); dan (4) masih rendahnya porsi keberpihakan kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

“Menghadapi berbagai tantangan tersebut, industri perbankan syariah dituntut untuk terus melakukan transformasi, utamanya dalam hal penguatan model bisnis, peningkatan kuantitas dan kualitas SDM, optimalisasi pemanfaatan teknologi, serta percepatan pertumbuhan literasi dan inklusi keuangan syariah,” ujar Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin dalam acara Silaturahim Asosiasi Bank Syariah Indonesia (ASBISINDO), di Jakarta, pada Rabu (25/5/2022).

Di samping berbagai tantangan tersebut, Wapres menilai, perbankan syariah memiliki potensi yang besar. Potensi tersebut dapat dioptimalkan melalui, yang pertama, sinergi perbankan syariah dengan ekosistem industri produk halal.

“Sinergi perbankan syariah dengan industri produk halal harus ditingkatkan melalui penciptaan produk dan layanan yang dibutuhkan bagi pengembangan industri produk halal,” terang Wapres.

Selanjutnya, peluang untuk mengoptimalkan potensi perbankan syariah adalah sinergi perbankan syariah dengan pengembangan dana sosial keuangan syariah. Menurut Wapres, perbankan syariah harus dapat mengoptimalkan pengelolaan dana keuangan syariah berupa zakat, wakaf, infak, sedekah, termasuk dalam mendorong pengumpulan Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS), yang kini pertumbuhan dan jangkauannya semakin meluas berkat digitalisasi keuangan

Selain itu, lanjut Wapres, diperlukan sinergi proaktif dengan kementerian/lembaga dan dunia usaha, termasuk BUMN untuk mendorong pemanfaatan layanan perbankan syariah oleh ASN dan pegawai BUMN, serta sinergi dengan dunia pendidikan.

Sinergi perbankan syariah dengan dunia pendidikan, menurut Wapres, dapat dilakukan dalam pengelolaan dana pendidikan, sekaligus sebagai bagian dari upaya peningkatan literasi masyarakat sejak dini.

“Edukasi keuangan syariah, termasuk pendidikan investasi yang baik dan halal, perlu didorong agar umat terhindar dari jerat penipuan berkedok investasi,” imbuh Wapres.

Sebelum arahan Wapres, Ketua Umum Asbisindo Hery Gunardi mengungkapkan bahwa perbankan syariah di Indonesia telah semakin maju, terutama usai penggabungan 3 bank syariah himbara menjadi Bank Syariah Indonesia.

“Dengan hadirnya BSI, dari 10 bank terbesar di Indonesia terdapat 1  bank syariah,” ujar Hery.

“Ini merupakan tanda awal bahwa perbankan syariah seperti bunga matahari yang mekar,” imbuhnya.

Turut hadir dalam acara ini, Komisaris Utama Bank Syariah Indonesia M. Arief Rosyid Hasan. Sementara itu, hadir mendampingi Wakil Presiden, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Ahmad Erani Yustika, Staf Khusus Wapres Masduki Baidlowi, serta Plt. Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Ekonomi dan Peningkatan Daya Saing. (DMA/RJP- BPMI Setwapres)