Dana Hyde

Kantor Wakil Presiden. Salah satu Tujuan Pembangunan Millennium/Millennium Development Goals (MDGs) 2015 adalah menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Sebagai negara yang ikut menandatangani deklarasi MDGs, Indonesia mempunyai komitmen untuk melaksanakannya. Untuk itulah, pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi kemiskinan. Millenium Challenge Corporation (MCC) mendukung upaya pemerintah tersebut. “Kami ingin membantu Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata CEO MCC Dana Hyde ketika bertemu Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden Senin sore, 30 Maret 2015.

Secara detil, Hyde yang baru pertama kali datang ke Indonesia menyampaikan, dukungan yang diberikan oleh MCC berupa hibah sebesar USD 600 juta. Dana tersebut dikucurkan sejak tahun 2013 dan diberikan secara bertahap dalam waktu 5 tahun melalui program kegiatan yang disusun oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas). “Tiga program yang menjadi fokus kami di Indonesia adalah, pertumbuhan ekonomi hijau, reformasi pengadaan publik, serta gizi dan kesehatan anak,” ungkap Hyde.

Duta Besar Amerika Serikat Robert Blake yang datang mendampingi Hyde mengatakan, bahwa dana hibah yang diberikan MCC kepada Indonesia ini menjadi investasi terbesar yang pernah dilakukan pemerintah Amerika di Indonesia selama bertahun-tahun, dan merupakan jumlah terbesar yang pernah diberikan pemerintah Amerika untuk Indonesia. “Ini untuk mendukung kemitraan Amerika-Indonesia,” ucap Blake.

Lebih jauh Hyde menjelaskan masing-masing program yang dilakukan MCC di bawah naungan Compact Indonesia. Untuk pertumbuhan ekonomi hijau, MCC mendukung pemerintah Indonesia melalui programnya yang disebut green prosperity project. Program ini, kata Hyde, bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, yaitu dengan memperluas penggunaan energi terbarukan. Selain itu, untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi emisi gas rumah kaca dengan meningkatkan penggunaan lahan dan pengelolaan sumber daya alam.

Menurut Blake Indonesia memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan potensi energi terbarukan seperti hydro, geothermal, maupun batubara yang terdapat di wilayah yang berbeda-beda. “Tinggal bagaimana menciptakan ide-ide untuk mengembangkan potensi tersebut,” kata Blake.

“Kita dapat bekerjasama dengan universitas, banyak universitas yang telah menciptakan teknologi yang sederhana,” jawab Wapres.
Selanjutnya, untuk pengelolaan sumber daya alam, Hyde mengatakan, MCC tengah mendorong Kemitraan Publik-Swasta (Public-Private Partnership) untuk berinvestasi pada proyek intensifikasi kakao di Mamuju, Sulawesi Barat.

Menurut Wapres, produksi kakao lebih baik dan berbeda dengan produk-produk lain seperti kopi atau gula. Hal ini disebabkan kakao diproduksi oleh perusahan-perusahan kecil. “Mungkin sekitar 20 perusahaan kakao. Prosesnya juga sangat sederhana dan tradisional, tanam bibit, produktivitas, selanjutnya pemasaran. Dan kakao dari Sulawesi baik untuk kesehatan jantung,” kata Wapres berpromosi.

Sementara, untuk pengurangan emisi gas rumah kaca Wapres mengatakan bahwa Indonesia juga melakukan kerjasama dengan pemerintah Norwegia melalui program REDD+. Namun Wapres menegaskan bahwa pengurangan emisi ini tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab Indonesia, negara-negara lain juga memiliki andil. “Penggunanan lahan dan isi hutan di Indonesia yang terkikis, disebabkan juga oleh perusahaan-perusahaan asing yang berinvestasi di Indonesia, termasuk Amerika,” kata Wapres.

Untuk program di bidang reformasi pengadaan publik, melalui procurement modernization project, Hyde menjelaskan, bahwa proyek ini dirancang untuk membantu Indonesia mencapai penghematan tanpa mengorbankan kualitas barang dan jasa yang diadakan.
Dalam hal ini, Wapres sangat mendukung proyek yang ditawarkan MCC karena sesuai dengan keinginan pemerintah untuk membuat pengadaan lebih transparan dan efisien. Namun Wapres menyarankan agar sistem yang dibuat lebih mudah dipahami dan dijalankan. “Proses pengadaan barang biasanya terkesan sangat menyulitkan,” kata Wapres.

Untuk gizi dan kesehatan anak, Hyde mengungkapkan, MCC memiliki program khusus yang disebut community-based health and nutrition to reduce stunting project. Proyek ini menyediakan skema berbasis insentif untuk mengurangi tubuh pendek (stunting) di masa anak-anak, berat badan lahir rendah, dan kekurangan gizi anak-anak di wilayah Indonesia yang rentan dengan kondisi-kondisi ini.

Di akhir pertemuan Wapres menegaskan bahwa ia sepenuhnya mendukung program-program yang dikembangkan oleh MCC untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia. “Jika ada kendala-kendala yang dihadapi di lapangan, jangan ragu untuk menghubungi saya,” ucap Wapres.

Millennium Challenge Corporation (MCC) merupakan lembaga bantuan luar negeri yang inovatif dan independen yang berpusat di Washington DC, AS. Misi MCC adalah menanggulangi kemiskinan global melalui pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pemerintah Indonesia membentuk Millennium Challenge Account Indonesia (MCA-Indonesia) sebagai lembaga wali amanat pengelola Hibah MCC, dengan dasar hukum Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Nomor 2 Tahun 2012. MCA-Indonesia dipimpin oleh perwakilan Pemerintah secara ex officio, yakni Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Dalam Negeri, serta Perwakilan non Pemerintah seperti akademisi, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta. (Siti Khodijah)

****