Jakarta, wapresri.go.id – Dharma Wanita Persatuan Sekretariat Wakil Presiden (DWP Setwapres) bekerjasama dengan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Setwapres menyelenggarakan kajian ramadan dalam rangka memperingati Hari Kartini Tahun 2022, bertempat di Auditorium Sekretariat Wakil Presiden, Jalan Kebon Sirih No. 14 Jakarta Pusat, Selasa (19/04/2022).

Acara dengan tema “Spirit Puasa dalam Perjuangan R.A. Kartini Dulu dan Kini” menghadirkan narasumber Ustazah Badriyah Fayumi, Ketua Majelis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia.

Pada kesempatan tersebut Ustazah Badriyah menyampaikan nilai-nilai ibadah puasa yang patut dicontoh dari perjuangan seorang pahlawan wanita Indonesia, R.A. Kartini. Nilai-nilai tersebut salah satunya adalah menahan diri, yakni menahan hawa nafsu dalam ucapan dan tindakan sehari-hari.

“Kekuatan Ramadan yaitu mampu menahan diri kita dari hal yang boleh, hal yang makruh, haram, dan itu betul-betul dilatih di bulan suci Ramadan,” sebut Ustazah Badriyah.

Yang kedua, Ustazah Badriyah menekankan, bulan Ramadan memacu umat Islam untuk mampu maksimal dalam melakukan ibadah dan mendapat berkah melimpah di dalamnya.

“Keberkahannya antara lain kita merasa ringan dalam beribadah, baik dalam beribadah kepada Allah maupun dalam berhubungan dengan sesama manusia,” ucapnya.

Kemudian, terkait menjaga keseimbangan hidup di bulan Ramadan, ia mengungkapkan, selain ibadah badaniyah (fisik) seperti salat dan puasa, bagi umat Islam yang mampu juga harus melakukan ibadah maliyah (mengeluarkan harta) seperti zakat dan sedekah. Hal-hal tersebut membuat umat Islam seimbang dalam bertindak maupun menjalankan ibadahnya sesuai dengan porsinya masing-masing.

“Bulan Ramadan membuat kita untuk dapat menjaga keseimbangan, seimbang kapan harus berbicara, kapan diam, kapan harus berbuat, dan kapan tidak berbuat,” tutur Ustazah Badriyah.

Terakhir, Ustazah Badriyah menjelaskan, Ramadan sebagai bulan perekat hubungan dengan keluarga, karena di bulan ini menjadi momentum bagi keluarga untuk lebih sering berkumpul dibanding hari biasanya.

“Bulan Ramadan menjadi bulan merekatkan keluarga. Banyak momen yang membuat bersama dengan keluarga. Pasti suasana kerekatan keluarga di bulan Ramadan lebih erat dibanding biasanya. Artinya, Ramadan merekatkan keluarga,” ujarnya.

Lebih jauh, Ustazah Badriyah mengaitkan spirit Ramadan dengan inti perjuangan R.A. Kartini. Dalam konteks spirit menahan diri misalnya, Kartini dalam memperjuangkan sesuatu selalu menyampaikan dengan kalimat yang baik serta menjunjung sopan santun, sehingga membuat lawan bicaranya terbuka dan menerima.

“Kita perempuan hari ini pantas juga mengikuti pola Ibu Kartini dalam memperjuangkan sesuatu. Kita kritis, tapi ketika menyampaikan pendapat kita bisa pilih dengan diksi yang baik, cara terukur, bahkan juga dengan tepat dengan mengedepankan sopan santun, tapi pernyataan kita membuat orang yang kita kritisi tidak marah tapi justru terbuka. Ini tidak gampang,” ungkapnya.

Kemudian, Ustazah Badriyah menambahkan bahwa Kartini telah mengokohkan jati diri bangsa Indonesia melalui cara perjuangannya dalam berdiplomasi dan memberdayakan perempuan.

“Cara berjuang beliau juga mengedepankan diplomasi dan menghindari konfrontasi. Kemudian, area perjuangan Ibu Kartini tidak hanya urusan pemberdayaan perempuan. Yang beliau perjuangkan itu jati diri bangsa. Beliau telah mengokohkan jati diri kebangsaan Indonesia dalam konteks saat ini,” jelasnya.

Menutup tausiahnya, Ustazah Badriyah mengajak peserta kajian untuk meningkatkan semangat berbagi yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas beribadah di bulan yang penuh berkah ini.

“Semoga dengan bulan Ramadan ini juga menjadi momentum bagi kita untuk meningkatkan standard of giving, spirit berbagi dan peduli. Mudah-mudahan meningkatkan kualitas ibadah kita,” pungkasnya.

Acara yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam ini dihadiri oleh para pegawai di lingkungan Setwapres serta jajaran anggota dan pengurus DWP Setwapres. (DAS/SK–BPMI, Setwapres)