Tommy Soetomo

Groundbreaking Pengembangan Bandara Syamsudin Noor

Banjarmasin. Pembangunan bandara saat ini harus dibuat lebih baik dan modern. Berbeda dengan beberapa tahun yang lalu, dimana bandara dibangun dengan bergaya arsitektur budaya lokal. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengakui memiliki suatu fasilitas umum bergaya lokal memang penting tapi tidak efisien. “Soetta tidak efisien karena dipaksakan. Kita buat bandara dengan modern dan simpel,” ujar Wapres ketika memberikan sambutan pada Groundbreaking Pengembangan Bandara Syamsudin Noor di Banjarmasin, Senin 18 Mei 2015.

Bandara memiliki dua fungsi, yakni sebagai pintu masuk ke suatu daerah, dimana penumpang yang baru tiba ingin cepat keluar dari bandara sehingga bandara harus didesain dengan baik. Fungsi lainnya adalah menjadi tempat menunggu bagi yang akan bepergian, sehingga diperlukan banyak tempat makan dan minum, serta tempat belanja. “Tidak menyenangkan cuma duduk termenung,” kata Wapres.

Saat ini hampir semua bandara sudah seperti mal untuk mengurangi kebosanan penumpang menunggu keberangkatan, sehingga menjadi lahan bisnis dan parameternya mahal. Di Singapura misalnya, barang-barang yang dijual di bandara itu harganya mahal. Di Banjarmasin, di bandara dapat menjual batu akik, intan, permata, dan yang lain-lain. “Itu lebih mudah dibanding oleh-oleh makanan Banjarmasin. Ini bagian tingkatkan ekonomi masyarakat,” ucap Wapres.

Untuk itu, Wapres mengingatkan pentingnya bandara agar dioperasikan secara aman dan nyaman. Kalau bandara tidak aman sangat merugikan suatu negara, karena setiap terjadi kejadian yang menunjukkan ketidakamanan di bandara atau hubungan udara selalu menjadi isu internasional.

Berbeda dengan kecelakaan bus, seandainya menelan korban yang meninggal 20 orang atau berapapun tentu menjadi berita sedih tapi cuma akan diceritakan satu dua hari saja. Tapi jika terjadi kecelakaan pesawat dan menyebabkan 20 orang meninggal, dapat diperbincangkan masyarakat hingga 2 bulan, seperti yang terjadi pada musibah AirAsia.

Oleh karenanya, Wapres mengingatkan bahwa kecelakaan di udara mendapat perhatian jauh lebih besar dibanding transportasi lainnya. Memang, kata Wapres, udara itu luas tapi tidak boleh ada kesalahan sedikit pun. “Pengoperasian udara di bandara butuh orang profesional dan juga memberi kenyamanan,” tegas Wapres.

Bandara juga merupakan pintu gerbang suatu daerah atau kota. Apabila bandara Syamsudin Noor tidak nyaman atau kotor, maka imej pendatang untuk kota Banjarmasin adalah kotor. Oleh karenanya, bandara di mana pun selalu menjadi imej. Untuk itu Wapres mengharapkan pembangunan pengembangan bandara Syamsudin Noor dapat dilaksanakan kurang lebih 2 tahun. “Harus dibangun dengan baik, simpel, dan modern,” ucap Wapres.

Bandara di Makassar adalah contoh bandara yang dibangun dengan gaya modern, karena 90 persen yang melalui bandara ini adalah orang lokal, sehingga tidak perlu dibangun seperti rumah adat. Jika mereka ingin melihat rumah adat, mereka dapat ke pedalaman. “Ini lebih efisien dan gampang dipelihara, gampang bila diubah-ubah,” pesan Wapres.

Wapres menggarisbawahi tentang hal penting yang harus dicermati setiap membangun bandara karena memiliki dampak ekonomi, bisnis lokal, kesatuan, dan pintu gerbang daerah. Tentu, kata Wapres, kita menyambut gembira pembangunan bandara ini karena memberikan dampak baik bagi bangsa, dan pembangunan transportasi mempunyai dampak multiplier. “Begitu dibangun membutuhkan sarana dan prasarana lain, sehingga ada perputaran. Kita tak boleh kalah dari Singapura dan Malaysia,” ucap Wapres.

Bandara Tumbuh Dengan Cepat

Wapres menjelaskan bahwa transportasi nasional memiliki dua fungsi utama, yakni mempelancar ekonomi; mempererat dan memperbaiki hubungan kebangsaan kita. Transportasi udara dalam sistem transportasi nasional kita telah mengalami banyak perubahan. Beberapa tahun yang lalu misalnya, orang lebih banyak bepergian menggunakan kapal laut untuk transportasi antar pulau, karena dulu masih memungkinkan. “Sekarang orang lewat udara dibanding laut karena mau lebih cepat dan nyaman,” kata Wapres.

Angkutan udara merupakan transportasi yang penting karena digunakan untuk mengangkut orang dan barang berharga yang bernilai tinggi. Khusus bandara Syamsudin Noor, kata Wapres, akan dibangun kapasitasnya dua kali lipat dari yang ada. Pembangunan terbesar dibanding bandara lain.

Wapres menjelaskan apabila sebuah bandara dibangun dengan baik, maka kecepatan pertumbuhannya sangat cepat, seperti yang dialami oleh bandara di Makassar, Medan, Bali yang diperkirakan kapasitas targetnya untuk 10 tahun, ternyata baru 5 tahun sudah dicapai. “Bandara harus hitung kapasitasnya sekitar 20 tahun mendatang. Baru kita bangun lagi perluasannya,” ujar Wapres.

Tapi pada kenyataannya, sebelum 20 tahun bandara sudah terasa sempit karena pergerakan manusia dan ekonomi. Apalagi bandara di Kalimantan Selatan yang memiliki posisi ideal di Pulau Kalimantan. “Kalimantan Selatan paling dekat Jawa, Sulawesi, dan paling tengah secara geografis dibanding provinsi di Kalimantan lainnya,” ucap Wapres.

Dengan adanya bandara di Banjarmasin menjadi kota ini sebagai tumpuan dari kota-kota kecil lainnya, sehingga memungkinkan pergerakan yang efisien dan lebih baik. Saat ini, pergerakan sudah mendekati 100-200 orang per hari dan diharapkan bisa meningkat dan kegiatan operasionalnya berlangsung selama 24 jam. “Kita harapkan kerjasama semua pihak, instansi yang ada seperti TNI AU, juga masyarakat sekitar. Nanti yang ambil manfaat itu masyarakat. Kalau sudah diperluas, usaha bisnis akan berkembang dengan baik,” pesan Wapres.

Hadir pada groundbreaking pengembangan bandara Syamsudin Noor ini antara lain Menteri Perhubungan Ignasius Jonan,
Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin, dan Direktur Utama Angkasa Pura I Tommy Soetomo.

Sebagai gambaran, selama tahun 2014 lalu, Bandara Syamsudin Noor telah melayani 3,7 juta penumpang, padahal kapasitas terminal seluas sekitar 6.600 m2 ini hanya 1,3 juta penumpang per tahun. Melalui pengembangan ini, kapasitas terminal akan meningkat menjadi 10 juta penumpang per tahun, dengan luas terminal 125.000 m2

Dengan investasi sebesar Rp 2,3 Triliun untuk proyek pengembangan ini, nantinya sisi modern hadir melalui peralatan mutakhir berstandar internasional seperti 5 aviobridge yang dapat dikembangkan menjadi 11 unit di fase ultimate, 40 konter check-in, 4 baggage conveyor, serta area parkir seluas 36.450 m2 yang mampu menampung 1.164 unit kendaraan. Dalam masterplan, paket pembangunan terdiri dari pekerjaan gedung terminal dan pekerjaan non terminal yang diperkirakan akan selesai di tahun 2017.

****