Menerima Para Peserta Penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI)

Istana Wakil Presiden. Kita menyadari bahwa dunia sudah mengglobal, dan ilmu itu berkembang dengan cepat. Jika ilmu tidak diraih lebih tinggi, lebih jauh, dan lebih intensif, maka kita akan ketinggalan dari ilmu itu. “Karena itulah, maka pendidikan ke luar negeri bagian dari upaya Pemerintah untuk meningkatkan daya saing kita, dari bidang keilmuan dan kesempatan bersaing dengan bangsa-bangsa lain,” demikian pesan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla, ketika memberikan sambutan pembekalan kepada para Penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) di Istana Wakil Presiden pada Selasa, 4 Agustus 2015.

Lebih lanjut Wapres mengungkapkan rasa syukur dan bangga, karena setiap berbicara di hadapan peserta penerima beasiswa pendidikan ke luar negeri, terlihat wajah Indonesia masa depan yang penuh optimisme dan harapan. Oleh karena itu, kata Wapres, dengan mengutip sebuah sejarah dunia, bahwa suatu bangsa dapat maju, tergantung pada semangat, dan kemampuan sumber dayanya, termasuk pendidikan dari bangsa itu sendiri, khususnya generasi muda. “Tentu juga, tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas bangsa ini dari berbagai kekurangan,” tegas Wapres.

Untuk itu, lanjut Wapres, yang menentukan seseorang dapat menjadi pemimpin di masa depan, bukan semata-mata karena pendidikannya dari luar negeri, melainkan juga karena spirit atau semangat yang tinggi. “Semangat ini harus dijaga terus, semangat untuk maju, semangat untuk bersaing, dan tentunya didahului semangat untuk belajar,” tegas Wapres.

Dalam program terdahulu, pemberian beasiswa ke luar negeri selalu dikaitkan dengan pengembalian kompensasi oleh penerima beasiswa kepada pemerintah/negara melalui pengabdian dalam kurun waktu tertentu di instansi/lembaga pemerintah. Program dimaksud, kata Wapres, bukan merupakan ikatan dinas, karena yang dituju adalah agar memiliki daya saing nasional, bukan daya saing pegawai negeri sipil (PNS), bukan daya saing jabatan tertentu. “Daya saing itu, ada di pemerintahan, ada di industri, ada di entrepreneur, ada di research, ada di guru, ada di mana-mana,” papar Wapres.

Sementara itu Ketua Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) Eko Prasetyo di awal acara, melaporkan bahwa pemberian beasiswa kali ini merupakan yang ke-35 dan yang terbesar dengan peserta sebanyak 128 orang penerima beasiswa ke luar negeri. Adapun programnya meliputi S2 dan S3 dengan tujuan pendidikan ke berbagai perguruan tinggi terkemuka negara-negara di dunia.
Bahkan menurut Wapres, para penerima beasiswa tersebut diberikan kebebasan memilih cita-cita dan profesinya yang diinginkan. “Anda dipersilahkan untuk memilih sesuai dengan cita-cita Anda, untuk mencapai hal tersebut. Tetapi intinya ialah mencapai kemampuan, dan mencapai daya saing nasional kita, yang setara dengan negara-negara lain,” kata Wapres.

Oleh karena itulah, lanjut Wapres lagi, di samping belajar keras, tekun, juga harus membina sinergi, networking dengan masyarakat, atau ilmuwan-ilmuwan, atau mahasiswa-mahasiswa lain dari berbagai negara, atau juga dapat bekerja sampingan di industri yang ada.
Wapres mengisyaratkan kepada para penerima beasiswa, untuk menentukan pilihan profesinya setelah menyelesaikan kuliahnya. Bahkan jika ada yang ingin bekerja di berbagai perusahaan/lembaga di dunia, misalnya di Microsoft, Google, atau di manapun, mereka diperkenankan. Karena dengan metode tersebut merupakan investasi, sehingga jika mereka kembali ke Indonesia telah memiliki kehebatan dan keunggulan yang tinggi. “Sebagai national interest untuk membangun bangsa dan negaranya,” pungkas Wapres.

Turut hadir dalam acara tersebut, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek dan Dikti) Mohamad Nasir, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar, dan Ketua Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) Eko Prasetyo, serta para Dewan Pengawas. (Supriyanto).

***