Jakarta, wapresri.go.id – Wakil Presiden RI (Wapres) mengapresiasi semua pihak yang terlibat hingga ditandatanganinya perjanjian kemitraan komprehensif ekonomi antara Indonesia dan Australia (IA-CEPA) di Jakarta.
Apresiasi oleh Wapres ini pantas diberikan karena perundingan kedua negara terkait CEPA telah berlangsung selama 9 tahun. Negosiasi awal dimulai akhir 2010 dan terhenti pada November 2013, setelah sempat vakum kemudian diaktifkan kembali pada Maret 2016.
“Kami berharap IA-CEPA menjadi tonggak baru dalam hubungan bilateral Indonesia-Australia. Perjanjian ini menjadi simbol kemitraan yang saling menguntungkan, tidak hanya hari ini, tapi juga di masa depan,” ujar Wapres dalam sambutan kuncinya pada acara Pendandatanganan IA-CEPA di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Senin (4/3/2019).
Wapres menilai kedua negara cukup dekat, baik secara geografis, dan pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, beberapa persamaan antara kedua negara membuat perjanjian ini penting untuk segera diimplementasikan.
“Perjanjian ini berbeda dari perjanjian yang dimiliki Indonesia-Australia dengan partner lainnya,” ungkap Wapres.
Perjanjian ini dibangun berdasarkan strategi dan objektif yang jelas kedua negara untuk saling melengkapi dan tumbuh bersama.
Wapres meyakini bahwa perjanjian ini akan meningkatkan kepercayaan dan membangun percaya diri kedua negara karena membawa kepastian dan kesempatan besar bagi pelaku bisnis.
“IA-CEPA akan memberikan manfaat bagi kedua negara, tidak hanya di bidang perdagangan, tapi juga jasa dan investasi, selain bidang-bidang lain sesuai kepentingan kedua negara, antara lain kesehatan, pendidikan, dan pelatihan,” contohnya.
Selain itu, lanjutnya, dibutuhkan juga kerja sama energi dan pertanian, dan Indonesia butuh meningkatkan jumlah dan kualitas SDM yang terlatih.
Untuk itu Wapres mengharapkan Australia akan berinvestasi di bidang kesehatan dengan membangun fasilitas dan jasa kesehatan, termasuk pengembangan SDM.
“Di bidang Pendidikan tinggi dan pelatihan vokasional, Indonesia ingin membangun SDM-nya agar siap dan kompetitif di abad mendatang. Untuk itu, semoga ada investasi dari Universitas, Pendidikan dan pelatihan vokasi Australia di Indonesia,” harapnya.
Dalam pidato kuncinya Wapres juga menyebut IA-CEPA tidak hanya terbatas di kedua negara, tapi bagaimana ke depan kerja sama ekonomi ini menjangkau negara atau Kawasan lain.
“Kolaborasi strategis sektor privat Indonesia-Australia tidak hanya menargetkan pasar di kedua negara, tapi lebih dari itu, misal kerja sama industri sapi dan peternakan untuk makanan dapat menggunakan bahan dasar dari Australia, lalu manufaktur di Indonesia untuk seterusnya dijual di pasar global,” katanya.
Wapres menyadari IA-CEPA tidak akan berpengaruh tanpa sepenuhnya diimplementasikan. Ini berarti perlunya segera diratifikasi. Selanjutnya disosialisasikan kepada semua pihak terlibat agar mengerti dan mendapatkan manfaat dari perjanjian ini.
Sebelum memberikan pidato kunci, Wapres menyaksikan pendandatanganan CEPA antara Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita dan Menteri Perdagangan, Pariwisata, serta Investasi Australia, Simon Birmingham di hadapan Duta Besar Australia, para Menteri Kabinet Kerja, Kepala BKPM, Kepala KADIN, dan para tamu undangan.
Di tempat yang sama, Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita dalam sambutannya mengatakan IA-CEPA merupakan win-win solution bagi kedua negara.
Menurutnya, selama ini, ekspor Indonesia ke Australia hanya 1,5% dari jumlah share impor Australia dari ASEAN, dengan total perdagangan tercatat USD 8,6 milliar, dan Australia merupakan 10 besar investor di Indonesia. Hal ini diyakini dapat meningkat melalui IA-CEPA.
“Saya berharap pertumbuhan ekonomi bagi kedua negara,” ujarnya. Salah satu keuntungan IA-CEPA bagi Indonesia adalah dihapuskannya bea impor seluruh pos tarif Australia menjadi nol persen,” ujarnya.
“Hal ini berarti seluruh produk Indonesia yang masuk pasar Australia tidak dikenakan bea masuk,” imbuh Mendag RI.
Cakupan IA-CEPA, lanjut Eng tidak hanya di bidang perdagangan barang, jasa, dan investasi, tapi juga mencakup kerja sama lebih luas, termasuk bidang pembangunan manusia dalam rangka meningkatkan daya saing,” imbuhnya.
Enggartiasto juga meyakini perjanjian ini sebagai bukti kepada dunia bahwa kolaborasi, integrasi, dan kerja sama dapat menjadi penggerak kekuatan ekonomi di Kawasan.
Sementara di tempat yang sama, Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Simon Birmingham, mengungkapkan bahwa IA-CEPA akan membawa hubungan Indonesia-Australia lebih kuat, lebih dalam, dan lebih kaya. Menteri Simon berharap Indonesia menjadi mitra dalam kemakmuran bersama Australia.
Sejalan dengan Mendag RI, dia mengatakan bahwa perjanjian ini akan mencakup berbagai hal kerja sama secara komprehensif, termasuk pengembangan SDM muda Indonesia ke depan.
Menteri Simon Birmingham juga mengapresiasi seluruh pihak di Indonesia yang Bersama-sama mewujudkan IA-CEPA dan melakukan upaya untuk meratifikasinya, hal sama yang akan Australia lakukan.
Turut mendampingi Wapres RI, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong, Dirjen Asia Pasifik dan Afrika Kemlu Desra Percaya, Tim Ahli Wapres Sofjan Wanandi. (PN/RN, KIP-Setwapres).