Jakarta, wapresri.go.id – Indonesia merupakan bangsa majemuk yang memiliki beragam suku, agama, dan budaya. Kemajemukan ini menjadi keunikan bangsa yang patut dijaga bersama. Untuk itu, semangat Bhinneka Tunggal Ika sebagai penjaga toleransi dalam keberagaman diharapkan dapat terus dipertahankan demi terwujudnya pembangunan nasional.

“Bhinneka Tunggal Ika itu menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan semboyan ini kita harapkan bahwa kita terus berasa memperkuat NKRI kita, dengan menjaga harmoni, damai dalam keberagaman beragama, etnik, maupun juga budaya,” ucap Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin dalam wawancaranya bersama Program Halo Indonesia DAAITV yang dilakukan melalui konferensi video di Kediaman Resmi Wapres Jl. Diponegoro No. 2 Jakarta, Kamis (13/05/21).

Wapres melanjutkan bahwa saat ini pemerintah terus mengupayakan pembangunan dalam rangka pemerataan fasilitas dan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia.

“Bahkan NKRI ini juga sekarang kita wujudkan dalam bentuk pembangunan, baik pembangunan ekonomi di dalam rangka pemerataan, membangun berbagai infrastruktur di seluruh Indonesia baik infrastruktur darat, laut, udara, langit bahkan juga,” ujar Wapres.

Lebih jauh, Wapres juga menekankan pentingnya memperkuat empat bingkai kerukunan yaitu bingkai teologi untuk menjaga agama dan kedua bingkai politik mencakup Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

“Kemudian yang ketiga bingkai yuridisnya yaitu aturan-aturan yang sudah kita buat supaya dipatuhi menyangkut semua hal, sehingga terjadi kerukunan, karena semua berjalan di atas koridor hukum, yuridis,” ucap Wapres.

Selanjutnya, bingkai keempat yang patut dijaga yaitu bingkai sosiologis yaitu menjaga kearifan lokal sebagai perwujudan menjaga keutuhan bangsa.

“Nah yang keempat yang tidak kurang pentingnya yaitu bingkai sosiologis, yaitu kearifan lokal (local wisdom) yang juga di berbagai daerah itu ada ungkapan-ungkapan yang menjaga kerukunan,” ungkap Wapres.

Sementara itu, kata Wapres, perayaan Idul Fitri tahun ini yang bertepatan dengan peringatan Kenaikan Isa Almasih umat Kristiani menjadi salah satu contoh toleransi antaragama yang harus dijaga. Untuk itu, menurutnya perlu dibangun adanya teologi kerukunan sebagai bentuk saling menghormati di dalam perbedaan agama.

“Harus dijaga dari segi akidahnya. Kalau bahasa Islam itu, lakum dinukum waliyadin, artinya bagimu agamamu bagiku agamaku. Artinya, tidak saling menjelekkan. Maka itu perlu dibangun yaitu teologi kerukunan,” jelas Wapres.

Lebih lanjut, Wapres menuturkan bahwa upaya pemerintah di dalam menjaga kerukunan didukung oleh kementerian dan lembaga yang membantu melakukan pengawalan hubungan antar umat beragama.

“Kita mempunyai semacam pranata-pranata yang mengawal kerukunan itu, misalnya ada Forum Kerukunan Umat Beragama. Kemudian ada Kementerian Agama. Itu juga bagian daripada upaya kita menjaga kerukunan,” tutur Wapres.

Lebih lanjut, beberapa langkah konkret yang dilakukan pemerintah dalam menjaga kerukunan bangsa, di antaranya ialah melakukan dialog di tingkat daerah maupun nasional dengan para pemuka agama dan tokoh masyarakat.

“Dialog kebangsaan, yang membawa kerukunan. Ini semua adalah upaya mencegah terjadinya perpecahan,” sambungnya.

Menutup wawancara yang dipandu oleh Astia Dika ini, Wapres berpesan agar sesama umat beragama dapat menjaga hubungan dengan baik, tidak saling memaksa, dan dapat mencari jalan keluar apabila terjadi konflik.

“Dulu pernah ada kesalahpahaman, tapi insya Allah berdasarkan pengalaman kita pada masa-masa yang lalu bisa kita atasi,” tutup Wapres. (DAS – BPMI Setwapres)