NEW YORK, 26 SEPTEMBER 2015

Yang Terhormat Ketua Sidang Umum PBB,

Yang Mulia Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon,

Yang mulia para hadirin,

Para delegasi yang terhormat,

Sungguh merupakan kehormatan bagi saya untuk menghadiri pertemuan penting para pemimpin dunia ini untuk mengesahkan Agenda Pembangunan Pasca 2015 ini.

Saya ingin menyampaikan penghormatan setinggi-tingginya kepada para pihak yang terlibat dalam penyusunan agenda pembangunan pasca-2015 ini, dan kami mengapresiasi Sekretaris Jenderal PBB dan Presiden Sidang Umum atas pendampingan mereka selama berlangsungnya proses tersebut.  Yang Terhormat Ketua Sidang Umum,  Tahun ini kita menyaksikan suatu titik penting yang bersejarah dalam pembangunan. Agenda pembangunan pasca 2015 merepresentasikan janji kita kepada generasi akan datang bahwa kita akan berjuang bersama untuk meninggalkan kepada mereka sebuah warisan berupa dunia yang lebih sejahtera melalui pembangunan yang berkelanjutan.

Terkait dengan hal ini, izinkan saya untuk menggarisbawahi tiga hal penting:  Pertama berkenaan dengan pengalaman yang kita peroleh dari Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium/MDGs).  Lima belas tahun yang lalu, MDGs ditetapkan. Beberapa target telah tercapai dan kemajuan-kemajuan penting telah diraih dari kesemua tujuan tersebut.  Secara global, kemiskinan yang ekstrem telah berkurang separuhnya; 3.3. juta kematian karena malaria bisa dihindarkan; 2.3 juta orang telah memperoleh akses terhadap air minum dan pendidikan yang lebih baik.  Namun, ketimpangan antar-negara dan di dalam negara dan demikian halnya kemiskinan tetap menjadi tantangan utama dunia. Selain itu, tantangan-tantangan dunia baru juga bermunculan seperti ketimpangan energi, kesenjangan di bidang infrastruktur, konsumsi yang tidak berkelanjutan, keterbatasan produksi dan perubahan iklim.  Berbagai konflik yang muncul juga telah membuat banyak negara mundur dalam pencapaian pembangunannya, memecah masyarakatnya dan membuat sumber dayanya yang terbatas lepas dari perhatian perusahaan-perusahaan yang produktif.  Agenda-agenda tersebut oleh karena itu belum tuntas. Berdasarkan pelajaran dan pengalaman dari upaya mencapai MDGs, kita perlu mengintensifkan upaya kita dan meningkatkan tanggung jawab bersama sesuai kemampuan nasional masing-masing sebagai fondasi yang kokoh bagi agenda baru tersebut. Disini negara-negara maju harus memberi contoh yang bisa diikuti oleh negara-negara lain.  Kedua, saya ingin menyoroti upaya Indonesia untuk mengimplementasikan SDGs.  Indonesia telah melampaui target pengurangan persentase penduduk yang hidup dalam kemiskinan hingga separuhnya.  Indonesia juga berada dalam jalurnya untuk mengurangi prevalensi anak-anak dengan berat badan di bawah normal, mengurangi kematian anak di bawah usia lima tahun dan meningkatkan jumlah anak-anak yang mengenyam pendidikan dasar.

Dengan merujuk pada impelementasi MDGs, Indonesia baru saja mengarusutamakan Agenda Pembangunan Pasca-2015 ke dalam rencana pembangunan nasionalnya.

Dalam kaitan tersebut, Indonesia telah antara lain mengurangi belanja negara untuk subsidi bahan bakar dan meningkatkan alokasi budget untuk program-program pembangunan sosial, seperti “Kartu Indonesia Sehat” dan “Kartu Indonesia Pintar”, untuk memberikan akses yang lebih baik kepada rumah tangga miskin terhadap layanan kesehatan dan pendidikan.  Dan ketiga, saya ingin menekankan perlunya memperkuat kemitraan global.  Agenda-agenda di atas membutuhkan adanya kemitraan global yang inklusif guna mendorong tumbuhnya sarana-sarana untuk implementasinya, sembari tetap memperhatikan kondisi dan prioritas pembangunan nasional.  Sangatlah penting untuk mencapai komitmen internasional tersebut, termasuk target asistensi pembangunan resmi oleh negara-negara maju dan agenda aksi sebagaimana telah disepakati pada the 3rd International Conference on Financing for Development (Konferensi Internasional Ketiga tentang Pendanaan untuk Pembangunan) meski dunia tengah dilanda krisis ekonomi global.

Mekanisme pendanaan harus diikuti dengan upaya berbagi pengetahuan, transfer teknologi dan akses pasar yang lebih luas bagi negara-negara berkembang dan negara-negara kurang berkembang, termasuk bagi Middle Income Countries (MICs/Negara Berpenghasilan Menengah) yang menghadapi banyak tantangan, tidak hanya dampak dari krisis ekonomi global terakhir ini.  Kontribusi dari para pelaku non-negara juga sangatlah penting. Sektor swasta dan masyarakat sipil memainkan peran besar dalam penciptaan lapangan kerja dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan kegiatan filantropis harus ditingkatkan dan diperluas. Struktur politik harus cukup terbuka untuk memadukan peran para pelaku non-negara.  Pembangunan tidak dapat berlangsung bila tidak tercipta perdamaian, baik di dalam negara ataupun antar negara.  Untuk itu, mencegah terjadinya konflik, menyelesaikan konflik dan memastikan rekonstruksi yang tepat pasca konflik guna menjamin perdamaian yang berkelanjutan harus menjadi prioritas agenda dunia.

Yang Terhormat Ketua Sidang Umum,

Izinkan saya mengakhiri pidato saya dengan meyakinkan kembali bahwa Indonesia siap untuk bekerja bersama untuk memastikan bahwa Agenda Pembangunan Pasca 2015 kita ini tidak hanya sebatas impian, tetapi sesuatu yang bisa diwujudkan bagi semua.

Terima kasih.