Jakarta. Kerjasama negara-negara Eropa dan Indonesia telah terjalin sejak ratusan tahun lalu. Pada waktu itu, negara-negara Eropa datang ke Indonesia bermaksud untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. “Dan hingga saat ini telah terbangun kerjasama yang saling menguntungkan,” ucap Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat memberikan sambutan di acara The 5th EU-Indonesia Business Dialogue yang dihelat di Hotel Shangri-la Jakarta, Rabu 19 November 2014.
Melihat hubungan yang baik ini, Wapres mengapresiasi perkembangan nilai perdagangan Indonesia-Uni Eropa yang telah mencapai angka yang memuaskan. “Kita pahami bahwa nilai perdagangan kita meningkat dan mencapai US$ 30 milyar dan nilai ekspor lebih dari impor. Perusahaan Eropa telah hadir disini lebih dari 100 tahun seperti Siemens dan Unilever, dan telah berkembang secara baik dan bermanfaat bagi Indonesia,” ucap Wapres.
Oleh karena itu, Wapres sangat optimis hubungan antara Indonesia dan Uni Eropa akan semakin baik. “Indonesia membutuhkan negara-negara Eropa dan begitupun, negara-negara Eropa sangat membutuhkan Indonesia. Indonesia memiliki populasi 250 juta jiwa dan merupakan konsumen yang sangat besar dengan wilayah yang sangat luas”, ungkap Wapres.
Wapres mengingatkan bahwa pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015 yang akan datang, Indonesia menghadapi tantangan pasar bebas, liberalisasi dan persaingan global. “Mulai tahun depan, Indonesia memasuki era ASEAN Community dengan dunia yang akan lebih efektif, dimana 600 juta orang akan bekerja sama di dalam bidang ekonomi,” ucap Wapres.
Ketua Kamar Dagang Eropa (EuroCham) Jakob Friis Sorensen menjelaskan bahwa masyarakat Eropa berkomitmen untuk terus berivestasi di Indonesia, khususnya dalam sektor otomotif, pertanian, makanan dan minuman, infrastruktur, maritim dan logistik, farmasi dan kosmetik, energi dan energi terbaharukan. “Masyarakat Uni Eropa hadir disini sebagai partner yang memainkan peranan yang khusus dengan berbagai pengalaman akan membantu dan mendorong Indonesia berkembang,” kata Sorensen.
Dalam pertemuan itu, Wapres juga menyinggung subsisdi yang telah diberikan pemerintah dalam APBN nilainya sudah sangat besar dan sudah tidak tepat sasaran sehingga pemerintah memutuskan untuk mengurangi subsidi terhdap bahan bakar minyak (BBM) yaitu dengan mengeluarkan kebijakan menaikkan harga BBM. “Dua hari lalu telah diputuskan, meskipun bukan keputusan yang popular, karena akan berdampak pada timbulnya demonstrasi, namundiperkirakan demo itu akan berhenti dalam waktu satu minggu,” ucap Wapres.
Wapres menegaskan bahwa dengan adanya kenaikan harga BBM, maka pemerintah akan lebih efektif menggunakan APBN, untuk beraksi cepat secara efektif membangun infrastruktur, kesehatan dan pendidikan untuk masyarakat.
Selain itu, Wapres juga menyinggung kualitas aparat birokrasi yang terkesan lamban dan pengambilan keputusan yang sangat lama untuk perizinan. “Kami akan mengambil langkah untuk melakukan perbaikan kualitas pelayanan. Dalam waktu beberapa bulan kami akan menerapkan kantor pelayanan perizinan yang lebih efektif untuk investasi, misalnya dengan memperkuat fungsi BKPM, dan membuat kantor pelayanan beberapa departemen menjadi satu atap,” ujar Wapres. Hal ini akan meningkatkan birokrasi menjadi lebih efektif dan efisien.
Wapres memaparkan bahwa dalam praktik ekonomi dunia saat ini setiap negara saling ketergantungan satu sama lain. Krisis yang terjadi di Eropa maupun di Amerika juga dirasakan di Asia. “Oleh karena itu, kita harus bergandeng tangan bekerja sama untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat kita”, ujar Wapres.
Wapres menghargai penyelenggaraan ajang dialog ini dan sangat menekankan bahwa “Setiap negara saling membutuhkan. Tidak ada negara yang tidak bergantung kepada negara lain. Semua saling ketergantungan,” ujar Wapres.
Dialog, kata Wapres, sangat diperlukan bukan hanya pertemuan business to business tetapi juga untuk saling berdialog mencari solusi memecahkan masalah yang timbul untuk meningkatkan perdagangan, investasi dan bisnis antar negara. “Sehingga pada akhirnya dialog-dialog tersebut dapat menghasilkan kesepakatan kerjasama baru yang saling menguntungkan kepentingan nasional masing-masing pihak,”ucap Wapres.
Presiden European Council, Herman van Rompuy dalam sambutannya juga menjelaskan bahwa negara-negara Eropa membutuhkan negara-negara Asia dan begitu pula sebaliknya. Dengan menyatukan kekuatan dan saling komunikasi akan menghasilkan kesuksesan.
Hubungan EU-Indonesia adalah saling melengkapi. “Kerjasama ekonomi yang komprehensif antara EU-Indonesia akan mendorong percepatan pertumbuhan perdagangan EU-Indonesia dan memfasilitasi investasi asing langsung dari EU,” ujar Herman.
Ketua Umum KADIN Suryo Sulistyo sangat mendukung semangat kerjasama EU-Indonesia dan memaparkan bahwa Indonesia sangat terbuka untuk investor yang ingin berinvestasi di Indonesia dan melalui ajang dialog ini diharapkan dapat merumuskan rekomendasi yang dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan di bidang perdagangan dan investasi. “Transportasi yang buruk, infrastruktur yang buruk, prosedur birokrasi yang panjang, dan perbedaan regulasi di tingkat daerah dan nasional diharapkan dapat dikurangi dan diatasi oleh pemerintah yang baru,” ungkap Suryo.
Ajang ini merupakan tahun ke 5 diselenggarakan dan semakin besar dengan kualitas yang semakin baik. Konferensi ini sebagai ajang untuk meningkatkan kemungkinan bekerja bersama untuk mencapai keberhasilan secara ekonomis dan bisnis.
Dialog Bisnis Uni Eropa-Indonesia 2014 (EIBD 2014) merupakan pertemuan tahunan perwakilan tingkat tinggi dari sektor swasta dan sektor publik Inonesia dan Eropa. Pertemuan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membuat peluang baru untuk meningkatkan perdagangan dan investasi di antara negara-negara Uni Eropa dan Indonesia. Dihadiri oleh pemuka bisnis Indonesia dan Eropa dengan tujuan memformulasikan solusi dan rekomendasi bersama terhadap isu-isu yang berkaitan dengan perdagangan investasi Eu-Indonesia. Konferensi EIBD 2014 diadakan oleh EU-Indonesia Business Network (EIBN) dan diorganisir oleh Kamar Dagang Indonesia, APINDO beserta anggotanya serta 5 kamar dagang Eropa di Indonesia (BritCham, EKONID, EuroCham, IFCCI dan INA).
Dalam kesempatan itu juga dilakukan penandatanganan MoU antara Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) dan European Chambers. (Meilani Saeciria)
****