Jakarta, wapresri.go.id – Pengalaman sebagai pengusaha sangat berguna saat harus mengambil kebijakan di pemerintahan demi memajukan pembangunan. Bahkan jika perlu, layaknya pengusaha, resiko juga harus diambil namun harus tetap dengan perhitungan.
“Selama kita ingin melihat kemajuan, resiko itu harus diambil. Kita ambil yang terbaik dengan perhitungan,” tegas Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menjadi pembicara di acara Kadin Talk di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Kamis (31/1/2019).
Lebih jauh Wapres mengemukakan contoh konkret kebijakan yang diambil Pemerintah meski ada resikonya.
“Pengusaha selalu ambil resiko. Di pemerintahan juga, saya ambil semangat pengusaha itu, ambil resiko. Salah satu ketegangan yang terjadi seperti mau menaikkan harga BBM,” ucapnya.
Wapres menekankan, di tengah kondisi perekonomian global yang diprediksi akan terus mengalami perbaikan, kebijakan strategis meski dengan resiko tetap diperlukan untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia pun menyimpulkan, akan mudah bagi para ekonom untuk membuat prediksi karena di dalamnya selalu ada unsur cateris paribus. Namun, menurutnya, dunia ini penuh dengan ketidakpastian.
“Yang paling penting kerja keras, di negeri ini harus kerja maksimal. Seperti percepat perjanjian free trade dengan Australia dan Eropa agar pasar semakin terbuka. Intinya banyak yang harus dikerjakan Pemerintah Indonesia dengan dunia usaha dan akademisi,” ujarnya.
Wapres juga meminta untuk mengambil sisi positif dari apa yang terjadi. Perang dagang Amerika Serikat dan China tentu membuat permintaan barang dari China berkurang, Indonesia perlu cepat mengambil celah ini dengan memperkuat kerja sama perdagangan dengan AS. Namun, di sisi lain, industri China yang menurun membuat permintaan bahan mentah Indonesia dari China turut menurun. Ia memrediksi perang dagang ini tidak akan lama karena hampir semua produk yang beredar di toko-toko di AS buatan China.
“Ini artinya tidak akan lama. Karena real income rakyat Amerika akan terganggu. Tapi ada kesempatan pasar baru di Amerika,” cermatnya.
Walau tetap berusaha menjaga pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tapi pemerataan pembangunan menjadi lebih penting. Untuk itu, menurut Wapres, dibutuhkan lapangan kerja formal yang lebih banyak karena tren urbanisasi meningkat, juga perlu kebijakan suku bunga rendah bagi pelaku UMKM.
Terkait UMKM, hal yang menjadi sorotan Kadin adalah minimnya serapan produk UMKM di market place, yaitu hanya sekitar 5% dari sekitar 60 juta UMKM yang ada. Bagi market place, tantangannya adalah tidak semua UMKM bisa menyediakan stabilitas produk baik dari segi kuantitas dan kualitas.
Menanggapi kondisi ini, Wapres mengatakan, di era revolusi industri 4.0 ini, tantangan lain UMKM yaitu penggunaan teknologi.
“Upaya yang bisa dilakukan oleh beberapa e-commerce secara bersama-sama membina usaha kecil, seperti yang dilakukan Alibaba di Tiongkok,” saran Wapres seraya menekankan agar tetap memperhatikan kualitas.
Ia juga menyinggung upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia, jadi dunia industri tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi.
“Dulu, habis lingkungan di Sulteng karena industri nikel. Tapi sekarang ada kebijakan. Ini menimbulkan industri hilir juga,” ungkapnya.
Wapres pun meminta kepada peserta yang hadir untuk tidak selalu memuliakan masa lalu jika tidak bisa menyejahterakan. Harus mau untuk berubah, bekerja keras dan dikerjakan oleh bangsa Indonesia.
Patut diketahui, Wapres merupakan tokoh pertama yang diundang menjadi pembicara pada acara yang diadakan pertama kali oleh Kamar Dagang Indonesia (Kadin) itu. Pengalamannya sebagai pengusaha, politisi, kepala keluarga, Ketua Umum Palang Merah Indonesia, dan Ketua Dewan Masjid Indonesia dinilai sukses dan sesuai dengan tema acara, yaitu “Manusia Serba Bisa”.
Dalam kesempatan itu, Wapres berbagi pengalamannya yang ia peroleh melalui proses dan membuatnya seperti sekarang. Menurutnya pengalaman adalah guru terbaik. Ia mengatakan bahwa dirinya tidak serta-merta terjun ke dunia politik. Bahkan pada saat merintis karir sebagai pengusaha juga bertahap.
“Intinya jadi pengusaha itu bertahap juga, setelah 35 tahun (baru) jadi Komisaris, baru terjun politik,” kisah Wapres.
“Politisi juga bertahap, DPR, Menteri, Menko, baru jadi Wapres,” lanjutnya.
Menurut Wapres, jika pengusaha merangkap sebagai politisi tentu memiliki resiko, seperti benturan kepentingan, bahkan bisa tidak bisa fokus. Tapi hal itu bukan berarti tidak mungkin.
Diakui Wapres, pencapaiannya selama ini tidak terlepas dari peran orang-orang sekitarnya, termasuk ibu, isteri, dan teman-temannya. Wapres menyatakan ia akan tetap beraktivitas di pendidikan dan perdamaian, sekaligus menjadi pembicara terkait hal-hal tersebut.
Pada acara yang dipandu oleh Ketua Kadin Rosan Roeslani ini, Wapres mendapat pertanyaan lebih enak mana antara menjadi pengusaha atau politisi. Ia pun menjawab tergantung dari sisi mana.
“Kalau kebebasan lebih enak pengusaha. Saat ini selalu dikawal kiri kanan, tidak ada lagi kebebasan pribadi. Politik juga ada enaknya. Kurang lebih 20 tahun tidak kenal macet,” tandasnya seraya tergelak.
Di penghujung acara Rosan menyampaikan apresiasi kepada Wapres karena bersedia hadir menjadi pembicara perdana dan berbagi pengalaman pada acara tersebut. Wapres pun menerima cindera mata berupa kaos Kadin sebagai bentuk apresiasi.
“Terima kasih atas sharingnya Pak Wapres, tokoh dipanuti. Jadi yang terpenting fokus, optimis, kerja keras dan ikhlas. Sisanya kita serahkan pada Allah,” pungkasnya.
Turut mendampingi Wapres, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Pembangunan dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto, Staf Khusus Wapres Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah SyahruL Udjud, dan Tim Ahli Wapres Sofjan Wanandi. (PN/SK-KIP, Setwapres)