Jakarta, wapresri.go.id – Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla, pagi ini memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada penerima penghargaan Kalpataru dan Inspirasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada acara pembukaan Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2019 yang digelar oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (11/7/2019).

Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PLHK) ini diselenggarakan sebagai ajang utama yang menggambarkan profil situasi lingkungan hidup, etalase berbagai inisiatif masyarakat dalam lingkungan hidup, potret perkembangan teknologi dan pembaharuan proses bisnis industri dan jasa, serta sosialisasi berbagai kebijakan nasional dan daerah untuk menyelesaikan persoalan-persoalan lingkungan hidup, khususnya pengendalian pencemaran.

Pada kesempatan ini dilakukan penyerahan penghargaan Kalpataru untuk tiga kategori, yang terdiri dari Perintis Lingkungan, Pengabdi Lingkungan, dan Penyelamat Lingkungan. Serta penyerahan penghargaan khusus bagi Perempuan Inspirator Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Dalam sambutannya Wapres menyampaikan bahwa ada tiga hal yang menjadi perhatian dunia untuk diperjuangkan, yaitu lingkungan hidup, demokrasi, dan hak-hak asasi manusia.

“Ketiga hal ini saling berhubungan dan selalu menjadi bagian yang diperjuangkan dan selalu diupayakan, meskipun ada yang berhasil dan ada juga yang tidak berhasil,” terangnya.

Lebih lanjut Wapres menceritakan, kalau kita melihat berita di televisi pada bulan-bulan ini banyak terjadi bencana, seperti banjir di Washington, Amerika Serikat, panas di Eropa, kekeringan di banyak negara, di tanah air kita terjadi banjir di Sulawesi Tenggara, di Samarinda dan banyak daerah-daerah lain. Dilain pihak kekeringan di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

“Semuanya itu memiliki efek yang besar untuk kehidupan manusia,” ujarnya.

Menurut Wapres, banjir dan kekeringan merupakan dua hal yang penyebabnya adalah masalah hutan. Banjir dan kekeringan ini, lanjutnya, terjadi akibat berkurangnya fungsi hutan kita. Dengan demikian, hutan ini dapat menjadi penengah dari dua hal tersebut.

“Kita semua tahu, jika musim hujan, air diserap dan menjadi penahan banjir, jika musim kemarau, air keluar untuk menjadi sumber air. Apabila fungsi hutan ini berkurang, maka di saat musim hujan air akan langsung turun ke bawah dan di saat kemarau tidak lagi menjadi sumber air pada waktu musim kering,” tuturnya.

“Hutan merupakan sumber utama untuk memperbaiki lingkungan, disamping hal-hal yang lainnya,” imbuhnya.

Pada kesempatan tersebut, Wapres juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada para tokoh yang turut berpartisipasi bersama-sama memperbaiki lingkungan, khususnya memperbaiki tingkat kerusakan hutan dan menambah luas hutan.

Sebelumnya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya melaporkan bahwa PLHK tahun 2019 yang ke-23 ini merupakan peringatan Hari Lingkungan Hidup Tahun 2019, yang jatuh pada tanggal 5 Juni, sebagai rangkaian dari agenda Hari Lingkungan Hidup se-dunia yang dilaksanakan di seluruh Indonesia.

“Berbagai kegiatan sudah di gelar sejak bulan Mei yang lalu di tingkat provinsi dan kabupaten/ kota dengan beragam kegiatan, seperti penanaman pohon, pembangunan infrastruktur pengolahan limbah dan sampah, serta kerja bakti bersih-bersih pantai dan sungai. Salah satunya, yakni di Sungai Ciliwung yang telah memecahkan rekor MURI dalam pelaksanaan bersih sungai dengan rentang segmen terpanjang, yaitu 67,3 km,” tuturnya.

Lebih jauh Ibu Menteri menjelaskan bahwa tema Hari Lingkungan Hidup se-Dunia untuk tahun 2019 ini adalah “Beat Air Pollution”.

“Di Indonesia, kita adopsi menjadi tema “Biru Langitku, Hijau Bumiku”, karena untuk Indonesia kaitan antara pengendalian polusi udara dengan upaya-upaya menghijaukan dengan tanaman dan menjaga lingkungan memiliki relevansi yang signifikan,” terangnya.

Selain itu, Ibu Menteri juga melaporkan, berdasarkan hasil pemantauan udara kota Jakarta, jika dibandingkan dengan Baku Mutu Udara Ambien Nasional, yaitu 65 (g/Nm3 maka kualitas udara Jakarta masih bagus atau sehat.

“Jika dibandingkan dengan Standar WHO pada angka 25 (g/Nm3, maka kualitas udara Jakarta masuk kategori SEDANG. Bilamana menggunakan data gabungan AQMS KLHK dan Pemerintah DKI Jakarta, maka kualitas udara Jakarta berada pada konsentrasi 39,04 (g/Nm3 atau pada kategori Tidak Sehat untuk Kelompok Sensitif (Bayi dan Manula),” jelasnya.

PLHK Tahun 2019 ini diikuti oleh peserta yang terdiri dari pemerintah pusat dan daerah, BUMN, LSM, asosiasi/kelembagaan yang terkait dan media. Kegiatan ini didesain untuk memberikan edukasi, terutama pada generasi muda dalam rangka mendorong percepatan peningkatan pengetahuan dan kesadaran (awareness) dengan harapan muncul lebih banyak kreativitas dan inisiatif masyarakat untuk memerangi dampak lingkungan negatif dan mengubah pola hidup untuk menjadi lebih ramah lingkungan.

Tampak hadir pada acara ini mantan Menteri Lingkungan Hidup Djamaludin Suryohadikusumo, Sarwono Kusumaatmadja, Rachmat Witoelar, dan Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan, dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman.

Mendampingi Wapres pada acara tersebut Staf Khusus Wapres Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah Syahrul Udjud, Staf Khusus Wapres Bidang Komunikasi dan Informasi Husein Abdullah, dan Tim Ahli Wapres Sofyan Wanandi. ( ASK/RN, KIP-Setwapres).