Jakarta, wapresri.go.id  – Keberadaan para nahdliyin (warga NU) dengan kekhasannya mudah dikenali hanya dengan memakai sandal jepit dan mengenakan kain sarung. Bahkan hingga saat ini, hal tersebut sebagian masih terlihat. Namun, di era kekinian, kekhasan pakaian tidak lagi diperbincangkan, warga NU saat ini telah memiliki pemikiran yang modern dan lebih dinamis, tidak lagi konservatif.

“Dulu itu kan memang NU mengambil jarak dengan penjajah. Dulu penjajah itu identik dengan celana, dengan sepatu, dan dengan dasi. Nah, itu dulu pertarungan bukan hanya masalah pemahaman, idealisme, dan bukan juga hanya pada masalah aspek-aspek penjajahan, tetapi juga sampai pada perilaku,“ tutur Wapres saat melakukan wawancara dengan Harian Kompas, di Kediaman Resmi Wapres, Jalan Diponegoro No. 2, Jakarta, pada Senin (06/02/2023).

Lebih lanjut, Wapres mengatakan bahwa soal pakaian kini lebih disesuaikan dengan keadaan. Kekhasan tersebut saat ini tidak lagi menjadi perbincangan. NU memang pernah mengalami pemikiran yang konservatif. Namun, saat ini pemikiran NU lebih dinamis.

“Kemudian saat ini NU kembali kepada khittah-nya yaitu cara berpikir yang moderat, tapi dinamis. Tidak statis dan tidak tekstual. Nah, ketika sudah terbuka, maka kita melihat persoalan itu secara lebih kontekstual,” urai Wapres.

Wapres menambahkan, eksistensi di masa kebangsaan modern sekarang ini lebih ditekankan pada perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan, seperti pendidikan di pondok pesantren dan perguruan tinggi NU yang sudah berubah dan lebih terbuka.

“Saya kira sekarang NU sudah punya ribuan doktor, baik yang dari dalam negeri, maupun luar negeri. Bukan hanya doktor ahli agama, tapi juga ahli IT, bahkan ada ahli lingkungan, dan ahli nuklir. Sekarang NU ingin memanfaatkan kader-kadernya yang memiliki pengetahuan di bidang ekonomi, di bidang sains supaya lebih diberdayakan,” tuturnya.

Kendati demikian, Wapres mengakui pandangan masyarakat terhadap warga NU yang memiliki khas memakai sandal jepit dan kain sarung dan dianggap tradisional masih terus ada, tetapi dengan pemikiran yang lebih modern.

“Pakai kain, pakai sandal, bawa handphone, bawa laptop. Nah itu ciri-ciri santri modern, santri zaman ini. Mereka juga memiliki kemampuan nge-lobby, komunikasinya luar biasa,” ungkapnya.

Mendampingi Wapres dalam wawancara tersebut, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Ahmad Erani Yustika dan Staf Khusus Wapres Bidang Komunikasi dan Informasi Masduki Baidlowi. (KP/DMA/AS, BPMI Setwapres)