Jakarta. Tahun 2015 menjadi tahun yang penuh tantangan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia sehingga mempengaruhi pasar modal. Hal ini disebabkan turunnya harga komoditi yang sangat besar dan pasar yang lebih terbatas, sebagai faktor luar. Sementara faktor intern, disebabkan oleh alam dan kebijakan dalam negeri. “Apapun masalahnya adalah, bagaimana kita bekerja lebih baik, lebih efisien,” tegas Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menutup perdagangan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu sore, (30/12/2015).

Wapres menyampaikan, sebentar lagi Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN). MEA akan membuka kesempatan pasar yang luas. Negara-negara industri maju yang punya hubungan dengan ASEAN seperti Jepang, Korea, Cina, untuk berinvestasi akan membutuhkan pasar yang besar, dan Indonesia merupakan pasar terbesar di Asia.

Namun, Wapres menambahkan, MEA juga dapat menjadi tantangan, karena dengan bebasnya perdagangan barang dan jasa, maka persaingan menjadi lebih ketat. “Selalu saya katakan, Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah kerjasama dalam persaingan, atau persaingan dalam kerjasama,” ujar Wapres.

Menurut Wapres, di balik tantangan yang dihadapi, selalu ada harapan dan kesempatan. Lebih jauh ia mencontohkan, kemacetan di jalan tol yang terjadi pada saat liburan Natal beberapa hari lalu menunjukkan pertumbuhan tinggi, karena, kemacetan terjadi di negara yang pertumbuhannya tinggi. Banyaknya masyarakat yang berlibur berarti mereka mempunyai banyak tabungan. Ini berarti, konsumsi memberikan kesempatan tinggi. “Diantara berita buruknya, di belakangnya ada berita baik,” ungkap Wapres

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kata Wapres, pemerintah tahun depan akan mendorong pergerakan dari bawah. Bunga lebih murah akan diberikan untuk program Kredit Usaha Rakyat dan Usaha Kecil Menengah.

Wapres mencermati, bank-bank di Malaysia atau Singapura, sektor keuangannya maju karena pertumbuhan sektor rilnya maju, bukan dengan cara menaikkan bunga. “Karena itu kita harus merubah mindset dalam perbankan kita. Kita maju bersama-sama, bukan maju sepihak,” tegas Wapres.

Wapres menekankan, 3 hal pokok yang harus dicapai, yaitu pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja dan stabilitas. Indonesia mempunyai modal untuk mencapainya, yaitu sistem yang demokratis dan sumber daya alam yang melimpah.

Dalam kesempatan itu Wapres memberikan apresiasi yang tinggi kepada pelaku pasar modal dan berharap ke depan kinerja BEI tahun 2016 akan lebih baik lagi. “Bursa akan tumbuh, bukan hanya menggoreng harapan, tetapi membuat harapannya baik, yaitu kemajuan ekonomi itu sendiri. Membuat pertumbuhan yang baik, itulah harapan semuanya,” pungkas Wapres.

Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman Hadad melaporkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cukup mengalami tekanan akibat gejolak ekonomi yang melanda negara-negara maju dan pasar modal Tiongkok. Pelemahan yang terjadi di Indonesia, juga turut dialami negara-negara di Asia.

Namun, Muliaman melanjutkan, secara umum perkembangan pasar modal di Indonesia cukup menggembirakan. Total dana yang berhasil dihimpun dari efek saham dan surat hutang, baik swasta maupun pemerintah, mencapai lebih 470 trilyun. Jumlah saham dan obligasi baru bertambah 18 emiten. Jumlah investor meningkat 19% atau lebih dari 69.000 investor. Reksadana meningkat 12% atau mencapai 271 trilyun.

“Apresiasi juga kami sampaikan kepada para pelaku industri pasar modal atas kontribusinya pada pengembangan atau pembangunan pasar modal Indonesia,” tutur Muliaman.

Perdagangan Bursa secara resmi ditutup oleh Wapres pada pukul 16.00 dengan menghitung mundur bersama-sama sambil menekan palm handscreen. Dalam acara tersebut, Wapres juga melakukan video conference dengan para pelaku pasar dari Makassar, Medan, dan Bali. Hadir mendampingi Wapres, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardoyo dan Direktur Utama BEI Tito Sulistio. (Siti)