Jakarta. Indonesia dan Hongaria merupakan negara yang stabil secara politik, namun keduanya memiliki perbedaan yang dapat menciptakan peluang untuk bekerja sama. “Kerja sama yang baik dapat terbangun apabila terdapat perbedaan antara kedua belah pihak,” ucap Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat menutup Forum Bisnis dan Investasi Indonesia-Hongaria, di Hotel Kempinski Jakarta, Senin (1/2).

“Indonesia memiliki sumber daya alam, sedangkan Hongaria memiliki teknologi. Sehingga, Indonesia membutuhkan teknologi dan perlu peningkatan kapasitas masyarakat untuk dapat lebih berkembang,” lanjut Wapres.

Pada tahun 2011 perdagangan kedua negara baru mencapai 400 milyar dollar, artinya peluang bisnis dan perdagangan Hongaria dan Indonesia masih sangat terbuka dan dapat terus ditingkatkan. Wapres mengenang, pada tahun 1960 hampir setengah dari kendaraan yang beredar di Indonesia menggunakan mobil merek Hongaria yaitu Ikarus dan RoBUS. “Untuk itu, tugas Anda para pelaku bisnis untuk melihat kemungkinan teknologi di bidang industri kendaraan bermotor tersebut dapat beroperasi kembali,” tegas Wapres.

Sementara, di bidang pengolahan air, Wapres menambahkan, pemerintah bersama dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, setiap 5 tahun sekali mengadakan peningkatan sambungan pengolahan air dan pada 5 tahun sekarang direncanakan dibangun sekitar 10 milyar sambungan ke rumah-rumah di Indonesia.

Wapres mengungkapkan, dibandingkan negara ASEAN lainnya, kualitas air di Indonesia masih rendah begitu pula kapasitas sambungan pipa air. Untuk itu, masih dibutuhkan sekitar 20 juta sambungan pipa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. “Dengan jumlah sebanyak itu dan pengalaman serta teknologi yang dimiliki Hongaria, dapat diciptakan kerja sama penerapan teknologi pengolahan air tersebut,” ujar Wapres.

Dalam sambutannya, Perdana Menteri (PM) Viktor Orbán menyatakan bahwa pemerintah Hongaria sangat tertarik untuk menawarkan kerja sama dengan Indonesia di berbagai bidang. Salah satunya adalah tawaran 50 beasiswa tiap tahunnya kepada pelajar Indonesia untuk melanjutkan sekolah di universitas Hongaria.

Berbeda dengan Indonesia, diakui Orbán, Hongaria tidak memiliki sumber daya alam seperti minyak, gas bumi atau hasil tambang lainnya, tetapi memiliki keahlian di bidang wiraswasta, pendidikan, pengetahuan, teknologi, penelitian dan pengembangan. Oleh karena itu, dapat dikembangkan kerja sama di bidang enterpreneurship dan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Selain itu, Orbán menjelaskan bahwa perusahaan Hongaria telah lama dikenal di dunia yaitu di bidang pertanian, industri pangan, water management, urban management, teknologi informasi (TI), obat-obatan, industri perumahan, dan energi terbarukan. “Sebanyak 40 pelaku usaha Hongaria turut serta dalam kunjungan bisnis ini ke Indonesia,” ujar PM.

Lebih jauh Orbán menjelaskan cara pandang  berbisnis yang dilakukan Hongaria bukanlah imperialistik tetapi berdasar kepada kerja sama. Hongaria tidak mau hanya berperan sebagai perusahaan besar yang hanya berbisnis tetapi tidak mengindahkan komponen lokal negara setempat dan malah mengambil keuntungan ke luar dari negara tersebut.  “Model yang dianut Hongaria yaitu menciptakan sesuatu, melakukan kerja sama dengan masyarakat lokal, bekerja sama dalam hal manajemen dan berbagi hasil. Ini disebut kebijakan untuk saling menghargai,” jelas Orbán.

Orbán meyakini hal tersebut sebagai dasar dari suatu kerja sama yang baik, karena berbisnis berarti saling menghargai dan tidak sekedar mengejar keuntungan semata. Namun, lanjut Orbán, meski Hongaria telah lama bekerja sama dengan negara-negara besar seperti Cina, Jepang atau India, tetapi belum ada satupun perusahaan Indonesia yang bermitra dan melakukan kerja sama dengan Hongaria. Melalui forum bisnis ini diharapkan dapat tercipta peluang-peluang bisnis yang dapat saling menguntungkan kedua negara.

Di akhir forum, Wapres dan PM Orbán menyaksikan penandatanganan MoU antara pelaku usaha di Indonesia dan Hongaria, antara lain:

  1. Chief Executive officer (CEO) of The Hungarian National Trading House Zsanett Ducsai Oláh dengan Ketua KADIN Indonesia Rosan Roeslani;
  2. CEO of The Hungarian National Trading House Zsanett Ducsai Olàh, CEO CET Orientals Ltd Máté Várkonyi  dengan CEO PT Walden Global Service Eric Rusdi;
  3. President of The Hungarian Chambers of Commerce and Industry Lásló Parragh dengan Ketua KADIN Indonesia Rosan Roeslani;
  4. General Director of the Media Support and Asset Management Funds Miklós Vaszily dengan Editor in Chief Kantor Berita ANTARA Aat Surya Safaat;
  5. General Manager of the Budapest Waterworks Csaba Haranghy dengan PT Artha Envirotama T. Bandaso;
  6. General Manager of the Budapest Waterworks Csaba Haranghy dengan Presdir PDAM DKI Jakarta Erlan Hidayat, Direktur Teknis Perusahaan Pengolahan Air Limbah Daerah Provinsi DKI Jakarta Junifer Panjaitan, dan Presdir PT Jakarta Utilitas Propertindo Company Chairul Hakim;
  7. Member of the Board of Századvég Economic Research Marton Péter dan Barthel-Rúzsa Zsolt, serta CEO Carpathia Tanácsadó Zrt Szabolcs Nagy dengan Managing Director PT Petrolog Usaha Mandiri Don Murniadi dan Chairman PT Petrolog Usaha Mandiri Moentaryanto.

 (Meilani)