Jakarta-wapresri.go.id Bangsa yang besar, bukan ditentukan oleh kekayaan alamnya tetapi kekayaan pikirannya, inovasinya, dan juga kreativitasnya dalam memajukan bangsa. Sebagai alumni mahasiswa yang memiliki intelektualitas, diharapkan untuk tidak selalu berpikir negatif tentang kesulitan yang dihadapi bangsa Indonesia, tetapi bagaimana berpikir positif untuk memajukan bangsa ini.

“Langkah-langkah seperti itu hanyalah dapat kita laksanakan dengan kombinasi kemampuan kekayaan kita yang dimiliki alam Indonesia ini dengan pikiran inovatif dan kreatif daripada bangsanya, dan tentu juga generasi mudanya,” tegas Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika meresmikan Pembukaan Kongres I Keluarga Alumni Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KA KAMMI), di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Sabtu (12/11/2016).

Mengawali sambutannya, Wapres menekankan kepada seluruh peserta yang hadir untuk selalu berpikir positif demi kemajuan bangsa. Hal ini disampaikan Wapres menanggapi pernyataan Ketua KAMMI Pertama Fahri Hamzah sebelumnya, bahwa setiap 20 tahun Indonesia mengalami siklus perubahan yang menimbulkan gerakan, seperti tahun 1908 dengan Budi Utomo, 1928 dengan Sumpah Pemuda, dan 1998 gerakan mahasiswa yang melengserkan Presiden Soeharto.

“Saudara Fahri tadi menggambarkan siklus bangsa, tapi jangan siklusnya yang terjadi masalah, siklus kebaikan juga kita harus tunjukkan. Karena jangan berpikir, pikirannya kadang-kadang bagus, tapi kalau pikirannya hanya bagaimana jatuhnya suatu pemerintahan, jangan itu saja,” tegas Wapres.

Wapres pun menggambarkan siklus kemajuan Indonesia, seperti tahun 45 Indonesia mengalami kemerdekaan, dan juga tahun 98 Indonesia menjadi negara yang demokratis.

“Karena itulah maka marilah pikiran kita lebih positif berpikir seperti itu. Berpikir bagaimana siklus kemajuan yang kita harus capai,” imbaunya.

Selaku pemerintah, Wapres mengatakan bahwa dirinya siap untuk menerima kritikan. Namun, berpikir positif untuk maju tetap harus diprioritaskan.

“Bahwa ada kritikan silahkan, tapi dahulukan kemajuannya baru kritikannnya. Kalau semua kita berpikir di sini bagaimana siklus sulit, wah nanti yang terjadi pikiran pesimis ada di generasi muda, bahaya. Generasi muda harus berpikir positif bahwa bagaimana bangsa ini maju dan bagaimana memajukan bangsa ini. Bahwa ada kritikan, nah inilah saya hadir di sini sebagai Wakil Presiden mendengarkan juga kritikan itu, apa yang harus diperbaiki dalam memajukan bangsa ini,” sambungnya.

Selain berpikir positif, sebagai organisasi mahasiswa, KAMMI dituntut untuk memajukan ekonomi bangsa Indonesia dengan inovasi dan kreativitas.

Menurut Wapres, selama ini Indonesia selalu bangga dengan dua hal, yakni jumlah muslim yang besar dan pemikiran moderatnya, toleransi dan pluralisme. Namun, tidak memikirkan kemajuan ekonomi.

“Jadi artinya adalah mari kita seimbangkan upaya kita dalam dua hal tadi. Bagaimana mengembangkan kemajuan ekonomi bangsa kita ini,” tegas Wapres.

Wapres mencermati, tren mahasiswa yang baru lulus lebih memilih untuk menjadi politisi atau PNS, namun sedikit yang berpikir untuk menjadi pengusaha. Meskipun untuk kemajuan bangsa politisi dan birokrat berperan, tetapi, yang menggerakkan ekonomi menurutnya adalah para pengusaha.

“Jadi disamping anda berbicara bagaimana suatu negara dari sudut pandang politik, mari kita lihat juga sudut pandang para pengusaha bagaimana memajukan bangsa ini dengan suatu kemajuan bersama,” imbaunya.

Dalam kesempatan tersebut, Wapres juga menyinggung kondisi perekonomian umat Islam di Indonesia yang cukup memprihatinkan. Melalui stasistik dapat dilihat, jika ada 100 persen orang kaya, maka hanya 10 persen umat Islam, namun jika ada 100 persen orang miskin, maka 90 persennya umat Islam. Padahal, dalam doa Robbana Aatina Fid Dunya Hasanah Wafil Aakhiroti Hasanah disebutkan, dunia harus maju dulu, baru akhirat, bukan sebaliknya.

“Karena itulah bagaimana keluarga alumni KAMMI melihat bangsa ini seperti itu. Karena kebaikan bangsa kebaikan kita juga, kesulitan bangsa kesulitan kita juga. Marilah kita pecahkan kesulitan itu dengan kretivitas dan inovasi. Apapun perjuangan kita tapi tanpa kreativitas dan inovasi bangsa ini akan begini terus,” tegas Wapres.

Mengakhiri sambutannya, Wapres mengingatkan kembali kepada para peserta yang hadir untuk selalu menjaga keutuhan bangsa, apapun masalahnya. Selain itu, untuk memajukan masyarakatnya, harus ditempuh dengan inovasi, baik inovasi teknologi, sosial, maupun agama.

“Karena itulah maka jaga negeri ini sebaik-baiknya, tapi juga kritiklah apabila ada masalah di negeri ini. Berikan kritikan sebaik-baiknya. Karena negeri ini negeri kita semua, dan kita harus bangga mempunyai bangsa yang besar ini. Yang besar jumlahnya, yang toleran, tetapi harus memajukan orang-orangnya agar ada keadilan dan kemajuan bersama. Kemajuan itu tidak pernah diberikan, tetapi dibuat, diinovasi, didorong dan sebagainya oleh kita semuanya,” pungkas Wapres.

Hadir dalam kesempatan tersebut Ketua DPR Ade Komarudin, Wakil Ketua DPR Fadli Zon, dan Sekjen Partai Golkar Idrus Marham. (KIP, Setwapres)