Surabaya. Dalam ekonomi terbuka seperti saat ini, telah terjadi banyak perubahan dan perkembangan yang dialami oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Tidak banyak lagi BUMD yang mendapat prioritas utama, apalagi untuk melakukan monopoli, kecuali untuk tujuan sosial, sehingga inti dari perusahan yang memiliki aspek pertumbuhan adalah persaingan. “Persaingan selalu bersaing pada tiga hal adalah dengan lebih baik, lebih murah, dan lebih cepat. Itulah untuk memenangkan persaingan,” ucap Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla pada pembukaan BUMD Expo 2014 dan peluncuran perdana Majalah BUMD Review di JX International Surabaya, Rabu malam 17 Desember 2014.

Wapres menjelaskan bahwa lebih baik adalah siapa yang dapat membuat produk lebih baik. Lebih murah adalah siapa yang dapat membuat produk lebih murah dibanding lainnya, dan lebih cepat pengirimannya. Tiga hal ini pulalah yang menjadikan ekonomi negara maju memiliki keunggulan. “Apapun persaingannya harus merebut tiga hal itu. Di samping tentu pengelolaannya,” kata Wapres.

Mengawali sambutannya, Wapres mengatakan bahwa setiap perusahaan mempunyai misi ke depan untuk mencapai makna dari perusahaan itu. Misi BUMD adalah untuk mewujudkan pertumbuhan melalui kewirausahaan dan juga sekaligus sebagai pionir. Tentunya harus tetap mempunyai fungsi sosial dan untuk berkembang haruslah meningkatkan nilai. “Itulah yang dijalankan perusahaan daerah dengan melibatkan masyarakat untuk pertumbuhannya,” ujar Wapres.

BUMD yang berkembang seperti bank pembangunan daerah, tetap memiliki tugas sosial yakni agar pasar rakyat berjalan, demikian juga perusahaan air minum, di samping perusahaan lainnya yang menjadi bagian pertumbuhan di daerah. “Ini yang menjadi modal aset di daerah itu untuk dikembangkan. Ada yang mencari keuntungan, ada juga yang memberikan manfaat kepada masyarakatnya,” ujar Wapres.

Pada masa lalu, sulit menemukan BUMD yang dikelola oleh profesional, karena BUMD lebih dekat dengan birokrasi. Bahkan manajemen BUMD sering ditempatkan oleh orang pemerintah daerah yang mau pensiun. “Saat ini, berbeda sifat dan filosofinya, yakni bagaimana memajukan BUMD dan bagaimana menempatkan manajemen yang baik sekaligus usaha yang menguntungkan,” ujar Wapres.

Mengenai pasar ASEAN, Wapres mengatakan bahwa pasar ASEAN memberikan dampak positif dan juga negatif. Dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), pasar kita akan tumbuh dari 250 juta orang menjadi 600 juta orang artinya bisa dikembangkan lebih luas. “Tapi kalau perusahaan kita tidak memiliki daya saing, maka akan mudah dikalahkan dari persahaan ASEAN lainnya,” ucap Wapres.

Untuk dapat menguasai pasar ASEAN, kita harus memiliki jaringan yang kuat, karena suatu bisnis pasti harus berhubungan satu sama lain. “Maka strategi bisnis ini sangat penting, tidak perlu BUMD dengan BUMD atau BUMD dengan BUMN. Tapi yang penting bisa meningkatkan nilai,” ucap Wapres.

Saat ini di bidang ekonomi, diakui Wapres, terjadi suatu pergerakan pada nilai tukar rupiah kita, sehingga banyak yang khawatir. Sebenarnya, kata Wapres, kondisi seperti ini memberi peluang terbaik untuk memajukan ekonomi kita, karena kondisi ini terjadi bukan disebabkan rupiah yang melemah, tapi dolar yang menguat, karena ekonomi Amerika Serikat tumbuh dengan baik. “Bukan hanya rupiah melemah kepada dollar, tapi juga dollar menguat dengan yuan, ringgit, dan australia. Mata uang kita lbih kuat dibanding mata uang lainnya,” kata Wapres.

Dengan mata uang yang melemah dibanding dollar Amerika Serikat, maka ekspor meningkat, impor terhenti. Hal ini memberikan dampak positif karena akan mengurangi defisit neraca pembayaran yang terjadi. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat hingga 4 persen itu, akan menyebabkan permintaan barang-barang pada waktunya akan lebih baik. Ekonomi Cina juga akan membaik, sehingga mereka akan membeli barang-barang pokok dari Indonesia. “Jadi justru dampaknya lebih banyak positifnya dibanding negatifnya. Mudah-mudahan peluang-peluang itu dapat dimanfaatkan oleh kita semua, khususnya di bidang bisnis,” ujar Wapres.

Usai memberikan sambutan, Wapres menandatangani majalah BUMD Review edisi perdana sebagai tanda peluncuran perdana Majalah BUMD Review. Tampak hadir mendampingi Wapres, Menteri Dalam Negeri Cahyo Kumulo dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo.

Ketua Umum Badan Kerjasama Badan Usaha Milik Daerah Seluruh Indonesia (BKSBUMDSI) Arif Afandi melaporkan bahwa kegiatan BUMD Expo ini yang kedua dilaksanakan di Surabaya. Tema yang diambil adalah Peningkatan Daya Saing BUMD menghadapi Daya Saing MAE 2015. “Inti daya saing adalah profesionalitas,” ucap Arif.

Tujuan BUMD Expo ini adalah membangun jejaring antar BUMD, BUMN dan pemerintah. Peserta yang mengikuti kegiatan ini, kata Arif, jika tahun lalu hanya dari pulau Jawa, kali ini lebih luas lagi. “Mulai dari Sumatera Utara hingga Halmahera, dan sebanyak 80 peserta expo, yang berasal dari BUMD dan BUMN,” ucap Arif.

Hingga saat ini BUMD berjumlah 1200, dan pengaturan tentang BUMD telah dimuat di dalam Undang-Undang Pemerintah Daerah, sehingga diharapkan para profesional dapat bekerja dengan tenang dengan adanya payung hukum ini. “Sehingga BUMD dapat menjadi salah satu unit bisnis yang dapat mengungkit ekonomi daerah,” ujar Arif.

Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengharapkan dilakukan pembicaraan yang serius tentang peranan BUMD, karena BUMD memiliki peran dalam pendapatan daerah. “BUMD jangan menjadi sumber pendapatan, tapi penggerak ekonomi rakyat,” ujar soekarwo.

****