Bali-wapresri.go.id. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengawali kujungan kerjanya di Bali dengan meninjau Simantri (Sistem Pertanian Terintegrasi) Kelompok Tani Sapta Kerta Buana di Desa Bangli, Tabanan, Bali Jumat siang, (6/5/2016). Wapres didampingi Gubernur Bali I Made Mangku Pastika menyempatkan diri berdialog dengan para anggota kelompok tani di daerah tersebut, melihat keberhasilan sistem pertanian ramah lingkungan yang mengadopsi zero waste system, dimana semua limbah kotoran hewan pada Simantri bisa dimanfaatkan secara optimal tanpa terbuang.
Wapres Jusuf Kalla sangat mengapresiasi program unggulan provinsi Bali itu. Sementara dalam paparannya, Gubernur Bali Mangku Pastika menjelaskan, Simantri merupakan suatu sistem pertanian yang memadukan antara teknologi dan sistem pertanian.
“Saya memiliki impian, Bali menjadi pulau organik. Karena dengan memproduksi pupuk organik akan menjadikan Bali sebagai pulau ramah lingkungan,” jelasnya.
Mangku Pastika mengungkapkan di dalam Simantri, limbah kotoran sapi baik padat dan cair langsung dipisahkan guna diolah dan dijadikan biourine, biogas dan pupuk organik.
“Dari hasil pengolahan limbah tersebut, bisa digunakan untuk tanaman pertanian dan menghasilkan produk-produk unggulan, serta mampu mengubah penghasilan petani di desa tersebut,” paparnya.
Saat berdialog, Ketua Kelompok Tani Sapta Kerta Buana mengaku, pupuk organik dapat mengurangi pengeluaran pembelian pupuk serta tanah pertanian menjadi lebih subur dengan menggunakan pupuk organik dan biourine. Di kelompok tani yang memiliki 23 anggota ini, kebutuhan pupuk juga terpenuhi dari pupuk organik yang dihasilkan Simantri.
“Dalam sehari petani dapat menghasilkan satu kuintal pupuk organik dari 20 sapi dan dari hasil sampingan ini sebulannya mampu menghasilkan satu juta rupiah. Sedangkan dana desa dapat digunakan untuk keperluan desa lainnya seperti untuk dana badan usaha milik desa (bumdes), ujar sang Ketua Kelompok Tani.
Lebih jauh, Mangku Pastika menerangkan, dalam mengembangkan Simantri, kelompok tani juga bekerjasama dengan Fakultas Teknik Universitas Udayana, agar biogas yang dihasilkan Simantri, dapat digunakan di rumah-rumah anggota kelompok tani Simantri, baik untuk keperluan rumah tangga maupun genset sebagai sumber energi penerangan di rumah.
“Program simantri juga berhasil membangkitkan kemauan generasi muda di daerah tersebut, untuk mau berternak sapi, dan dengan Simantri juga menumbuhkan lagi nilai-nilai gotong royong di daerah tersebut,” papar Mangku Pastika.
Selanjutnya Wapres mengingatkan, agar petani memiliki konsep dalam meningkatkan populasi sapi dengan harapan mendapatkan pupuk yang murah dan mampu berhenti mengimpor sapi pada masa depan dan.
“Dengan konsep seperti unit Simantri ini, dapat dikembangkan di daerah sawit dan daerah tebu, mengembangkan bibit dan hasilnya diberikan kepada petani, dan dapat dikembangkan lagi di daerah lain. Ini nantinya benefit-nya akan mendapatkan sapi, urine, pupuk dan gas,” jelas Wapres.
Simantri merupakan sistem pertanian yang setiap unitnya berharga 225 juta rupiah dan terdiri atas 20 sapi betina, kandang koloni sapi serta sistem pengolahan sapi itu sendiri. Kelompok tani di daerah Tabanan tersebut, mendapatkan bantuan dana dari Pemerintah Provinsi Bali, bertujuan menjaga ketahanan pangan dan memenuhi kebutuhan daging sapi, Simantri membantu setiap anggota kelompok tani, dengan menambah pendapatan hariannya menjadi 30 ribu rupiah setiap hari.
Melihat keberhasilan Simantri, Wapres Jusuf Kalla medorong agar Bank Rakyat Indonesia (BRI) memberikan bantuan kepada kelompok tani di Bali untuk membangun lagi, Simantri sebanyak 500 unit. Hal itu, langsung disambut gembira petani serta perangkat desa di daerah yang hadir dalam peninjauan tersebut.
Dalam kesempatan itu, Wapres beserta menteri yang hadir, mencoba mencicipi beberapa hasil pangan produksi teknologi Simantri, seperti jagung, kacang dan pisang organik.
Peninjauan UPT Inseminasi Buatan
Setelah mengunjungi Simantri di Desa Bangli, Wapres Jusuf Kalla pada hari kedua juga meninjau UPT Inseminasi Buatan di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Provinsi Bali. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali I Putu Sumantra menjelaskan teknik penyimpanan semen beku di UPT Inseminasi Buatan ini, telah mendapatkan sertifikat ISO dan terakreditasi, sehingga produknya layak dikembangkan dan digunakan.
Kemudian Wapres meninjau 15 sapi Bali jantan yang nantinya akan diambil spermanya untuk dikawinkan secara silang. Sapi Bali jantan yang digunakan adalah sapi jantan dengan ukuran besar agar turunannya juga besar, dengan berat rata-rata sapi tersebut mencapai sekitar 600-700 kg. Menurut Putu Sumantra, dalam setahun hasil perkawinan silang tersebut, menghasilkan 100 -150 ribu sapi.
“Kami juga menyediakan kebutuhan dari daerah lain, karena kami masih murni dan tidak ada crossing dengan sapi lain, karena ini plasma nuftah kita. Sapi Bali biasanya adaptable dan bisa berkembang biak dengan baik,” jelas Putu.
Wapres juga melihat langsung, proses sapi jantan ketika diambil benih spermanya oleh petugas Dinkes Peternakan dan Hewan, setelah sperma sapi jantan berhasil diambil, selanjutnya adalah proses pemilihan atau inseminasi penyeleksian di laboratorium untuk memilih spermatozoa yang sehat, dan penyimpanan di suhu -94 derajat celcius. Kelak sperma beku tersebut akan disuntikan kepada sapi betina. Putu menjelaskan, dalam sekali ejakulasi, sperma sapi jantan dapat membuahi 100 ekor sapi betina. Dirinya juga menambahkan sapi jantan yang menjadi donor semen itu, dimulai sejak usia 3,5 tahun.
Mengakhiri kegiatan, Wapres Jusuf Kalla menyempatkan diri untuk menanam dua bibit pohon di area Kebun Raya Bali di daerah Bedugul bersama kelima menteri yang mendampinginya yakni, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi, Menteri Perindustrian Saleh Husein, Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono serta Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.
Tampak Wapres menanam sendiri pohon Macadamia Hildenbradi atau yang lebih terkenal dengan biji makadamianya serta pohon Casuarina Junghuniana atau yang lebih terkenal dengan sebutan pohon cemara angin. (KIP-Setwapres)