Jakarta-wapresri.go.id Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menerima Sekretaris Jenderal World Forum for Proximity of Islamic School of Thought (WFPIST) Ayatollah Sheikh Mohsen Araki, di Kantor Wakil Presiden, Merdeka Utara, Kamis (1/12/2016).

Araki yang juga Penasehat Supreme Leader Republik Islam Iran menyampaikan, kedatangannya ke Indonesia untuk menghadiri International Conference on Islamic Unity (Konferensi Internasional tentang Persatuan Islam) yang diselenggarakan atas kerjasama Muhammadiyah, WFPIST, dan Cultural Counsellorship of the Islamic Republic of Iran. Konferensi membahas persatuan Islam dan prospek masa depan, termasuk peran ilmuwan dalam memajukan Islam, serta isu-isu persatuan Palestina.

“Kami berharap, kedua negara Iran dan Indonesia dapat bekerjasama untuk mempersatukan negara-negara Islam. Persoalan saat ini harus dihadapi dengan persatuan dan persaudaraan,” ujar Araki.

Araki mengungkapkan, saat ini banyak konflik terjadi di negara-negara Islam seperti Iraq, Syiria, Yaman, serta Palestina yang telah diduduki Israel selama kurang lebih 70 tahun. Namun ia berkeyakinan hal ini dapat diatasi apabila semua negara Islam bersatu. Bahkan, saling bekerjasama untuk membawa manfaat kepada semua pihak, seperti kerjasama di sektor ekonomi atau ilmu pengetahuan.

Menurut Araki, arus perkembangan ekonomi di dunia saat ini lebih mengarah ke Timur dan Asia.

“Kami berharap Indonesia memainkan peranan yang penting untuk memajukan ekonomi dunia,” ucap Araki.

Sementara di bidang ilmu pengetahuan, Araki mengungkapkan, Iran telah mengalami kemajuan. Untuk itu, ia berharap Indonesia dan Iran dapat bekerjasama di dua sektor tersebut.

Topik lain yang dibahas dalam pertemuan ini adalah kerjasama pendekatan antar mazhab. Menurut Araki, kerjasama ini selain bertujuan untuk kepentingan penelitian, juga untuk menyelesaikan persoalan-persoalan dunia.

“Sayang sekali banyak yang menggunakan permasalahan-permasalahan kecil antar mazhab untuk membuat fitnah terhadap negara-negara Islam,” sesal Araki.

Sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia, Araki mengharapkan Indonesia memberikan solusi bagi negara-negara Islam lainnya. Ia pun menawarkan kerjasama pembentukan perguruan tinggi yang bertemakan pendekatan antar mazhab. Ia menekankan bahwa Iran memiliki pengalaman yang sukses dalam pembentukan perguruan tinggi ini, dimana para mahasiswa dapat memperlajari mazhab dari ulamanya langsung. Setelah lulus, mahasiswa tersebut akan menguasai seluruh mazhab Islam, yang nantinya dapat berkontribusi untuk mengurangi ketegangan terkait perbedaan antar mazhab di kalangan Islam.

Wapres menyambut baik usulan untuk mempelajari perbedaan mazhab tersebut. Mengingat saat ini pemerintah tengah membangun Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), studi tentang perbedaan mazhab ini dapat menjadi bagian dalam UIII. Dengan adanya UIII, Indonesia ke depan diharapkan dapat menjadi contoh negara dengan pluralisme dan toleransi yang baik, dimana orang-orang dari seluruh penjuru dunia akan belajar tentang Islam yang moderat.

“Mulai tahun depan kita juga akan membangun Universitas Islam yang besar dan baik. Dan tentu mengundang profesor dan guru-guru untuk berkontribusi meningkatkan pengetahuan tentang Islam ini,” ujar Wapres.

Selama ini banyak orang belajar tentang Islam ke Mesir, Irak atau Yaman. Namun, Wapres menilai, dengan konflik yang terjadi saat ini, sulit untuk mempelajari peradaban di negara-negara tersebut.

“Kami berharap, Indonesia bisa menjadi pusat peradaban Islam,” tegas Wapres.

Wapres menambahkan, adanya studi perbedaan mazhab di UIII ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan terjadinya salah pengertian tentang mazhab-mazhab yang ada di Indonesia yang dapat menyebabkan radikalisme.

“Pada waktunya nanti kami akan undang secara resmi untuk membangun kerjasama tentang studi perbedaan mazhab ini,” tutur Wapres.

Sebagai negara dengan penduduk Islam yang besar, Wapres menyatakan, Indonesia selalu menjaga kebersamaan di masyarakat, baik antar umat Islam maupun antar agama. Oleh karena itu, apabila terjadi perbedaan mazhab, jangan sampai menyebabkan konflik.

Wapres mengakui, masih terjadi kesalahpahaman atau konflik-konflik kecil di Indonesia, namun keharmonisan dan persatuan bangsa tetap dijaga.

Dalam pertemuan tersebut, Wapres juga mengungkapkan keprihatinannya melihat kondisi Islam saat ini, terutama banyaknya penduduk dari negara-negara Muslim seperti Syria yang hijrah ke negara-negara di Eropa. Padahal dulu Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah.

Namun, Wapres bersyukur karena kondisi internal di Indonesia dan Iran dalam keadaan damai, dan berharap kedamaian dapat dicapai secara keseluruhan.

“Sehingga kita memang harus kembali bersama-sama membuat Islam menjadi rahmatan lil ‘alamiin, agar Islam menjadi damai untuk dunia,” tegas Wapres.

Dalam kesempatan ini, Araki juga memperkenalkan Imam Jumat Syiah Hosseini dan Imam Ahlul Sunnah Rustic yang sama-sama duduk di Parlemen Iran. Araki dan kedua Imam tersebut dapat berada di Parlemen karena langsung dipilih oleh masyarakat Iran.

“Alhamdulillah, di Iran terjalin persatuan dan kesatuan di masyarakat,” tutur Araki.

Selain kedua Imam tersebut, hadir mendampingi Araki Duta Besar Iran untuk RI Valiollah Mohammadi, dan Anggota Dewan Kurikulum Ahlul Sunnah Afraid. Sementara Wapres Jusuf Kalla didampingi Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar dan Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan Dewi Fortuna Anwar. (KIP, Setwapres)