Bogor-wapresri.go.id Rumah sakit (RS) pada dasarnya merupakan sarana pelayanan publik untuk melayani, sehingga diharapkan dokter, perawat, serta pegawai yang bekerja di RS dapat melayani orang sakit tanpa membedakan status sosial mereka.
“Intinya adalah tidak boleh membeda-bedakan pelayanannya, memang rumah sakit selalu begitu. Apalagi pemerintah juga sudah mewajibkan semua lembaga kesehatan untuk memberikan pelayanan yang setara, yang sama kepada masyarakat kita. Karena itu amanah bangsa ini,” tegas Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika meresmikan Gedung E Sarana Pelayanan Rawat Inap RS Palang Merah Indonesia (PMI) Bogor, di Ruang Flamboyan, RS PMI, Bogor, Sabtu, (11/3/2017).
Dalam kesempatan tersebut Wapres juga melantik Dewan Pengawas PMI Masa Bakti 2016-2021 serta Direksi PMI Bogor Masa Bakti 2017-2022. Kepada pengurus yang baru Wapres berpesan untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga RS PMI menjadi rumah sakit yang siap melayani seluruh masyarakat Indonesia.
“Saya harapkan direksi memberikan arahan, kalau pengawas ya mengawasi. Jadi harus betul. Jangan dewan pengawas yang mengarahkan, tapi mengawasi yang sudah diarahkan oleh direksi. Sehingga menjadi rumah sakit yang melayani seluruh masyarakat,” pesan Wapres.
Disamping itu, Wapres berharap kepada seluruh pegawai untuk bekerja dalam bentuk pengabdian.
“Saya harapkan semua ingin mengabdikan diri kepada masyarakat khususnya di daerah Bogor ini. Rumah sakit itu cuma di Indonesia dan Belanda yang pakai kata rumah sakit. Negara lain memakai hospital, jadi tempat melayani,” ujar Wapres.
PMI memiliki tiga rumah sakit yang terletak di Lhokseumawe, Aceh, Kendari, Sulawese Tenggara, dan yang terbesar adalah RS PMI Bogor, Jawa Barat. Sebagai rumah sakit terbesar, Wapres berharap RS PMI Bogor dapat menjadi rumah sakit percontohan.
“Karena itu selalu saya katakan bahwa Rumah Sakit Bogor ini harus menjadi contoh. Saya harapkan Rumah Sakit ini bukan hanya melayani orang sakit tapi juga menjadi riset center untuk wilayah ini, untuk penyakit-peyakit tertentu,” harapnya.
Dalam sambutannya, Wapres juga menyinggung bahwa keadaan suatu rumah sakit, tak lepas dari peran aktif walikota kota maupun bupati di daerah rumah sakit tersebut berada.
”Sebenarnya selalu rumah sakit itu apapun baik. Tapi yang sebenarnya yang baik itu, rumah sakitnya sepi, berarti walikota dan bupati berhasil, untuk memperbaiki kotanya, kesehatannya,” imbuhnya.
Menutup sambutannya, Wapres memberikan nama untuk gedung E RS PMI Bogor. Ini merupakan kali ketiga Wapres meresmikan gedung di RS tersebut. Sebelumnya, ia meresmikan Gedung Gardenia untuk pelayanan Poliklinik Reguler dan Gedung Flamboyan untuk IGD, penunjang medis, ruang tindakan canggih serta ruang rawat inap VVIP
“Pada peresmian gedung E ini, tadi saya diminta kasih nama, ini Bogor daerah Kebun Raya, karena itu (dipenuhi) bunga atau tumbuhan. Karena ada (gedung baru) E jadi saya kasih Eboni, itu kayu yang paling mahal, paling kuat, kayu besi namanya. Jadi supaya besi di sini, bertahan tidak bisa membeda-bedakan,” ungkap Wapres.
Sebelumya, Direktur RS PMI Bogor dr. Andi Wisnubaroto Sp. OT dalam laporannya menyampaikan bahwa persiapan pengembangan RS PMI sejak tahun 2006, sementara pelaksanaannya dilakukan pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2018.
“Pengembangan RS juga meliputi peningkatan pelayanan medis, penunjang medis, sistem IT dan sumber daya manusia,” jelas Andi.
Di akhir laporannya Andi mengapresiasi dukungan yang diberikan Wapres Jusuf Kalla selaku Ketua Umum PMI.
“Kami mengharapkan dukungan penuh dari Bapak ketua Umum serta Dewan Pengawas. Kepada Bapak Ketua Umum pada kesempatan ini perkenankan kami atas nama Dewan Direksi juga mengucapkan terimakasih atas pengarahan dan dorongan Bapak Ketua Umum serta semangat untuk selalu menjadi yang lebih cepat dan yang lebih baik,” ucap Andi.
Hadir dalam acara tersebut, Walikota Bogor Bima Arya, Sekjen PMI dr. Ritola Tasmaya, MPH, dan jajaran direksi RS PMI. (KIP, Setwapres)