Tanah Datar, Sumatra Barat – wapresri.go.id. Adat adalah prilaku kearifan yang hendaknya diikuti secara turun temurun. Setiap bangsa, memiliki prilaku kearifan dan kebiasaan yang berbeda-beda. Prilaku yang menghasilkan kejayaan di masa lalu dapat dijadikan modal untuk kejayaan di masa depan agar lebih baik lagi.
“Kita semua mengetahui, masyarakat Minang mempunyai kejayaan masa lalu dengan kearifannya, keterbukaannya dengan kecerdasan ilmunya, dan dengan adat istiadatnya yang bukan hanya diucapkan, tapi kita lakukan secara bersama-sama. Karena hari inilah kita bersatu untuk itu, meneguhkan kembali persatuan kita bahwa kejayaan itu dapat dilakukan apabila kita berusaha secara bersama-sama,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika mengunjungi Istana Pagaruyung atau dikenal dengan Istano Basa Pagaruyung, yang berlokasi di Nagari Pagaruyung, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar), Selasa (6/9/2016).
Untuk itu, Wapres mengatakan, suatu masyarakat harus memiliki kebanggaan terhadap kelompoknya, yakni, kebanggaan masa lalu yang dapat menciptakan persatuan dan semangat kebersamaan.
“Masa lalu tidaklah harus selalu diidolakan, tapi menjadi pelajaran bagi kita semua karena persatuan, karena perjuangan mempunyai kejayaan. Masa lalu milik masa lalu, milik kita adalah masa sekarang dan masa depan. Tentunya kita harus memiliki suatu kejayaan masa depan dengan melanjutkan kejayaan masa lalu,” tutur Wapres.
Wapres menekankan, sejarah adalah milik masyarakat, oleh karena itu harus dibangun juga oleh masyarakat. Wapres pun memberikan apreasiasi kepada semua pihak yang secara spontan turut membantu membangun kembali replika Istana Pagaruyung yang dimulai sejak tahun 2007, setelah mengalami musibah kebakaran.
“Suatu peninggalan sejarah adalah milik bersama, milik masyarakat bukan milik pemerintah. Karena itu, yang harus membangunnya adalah masyarakat sendiri supaya pemerintah tidak seperti mendikte bahwa masa itu adalah milik negara. Oleh karena itu, sejarah ini adalah milik kita bersama sebagai bagian masa lalu dan sebagai tauladan di masa depan. Saya yakin, dengan kebersamaan kita, yang dicontohkan dalam membangun kembali Istana Pagaruyuang ini, tentu akan menjadi contoh generasi muda ke depan. Bahwa dengan persatuan maka kita mempunyai kejayaan,” pungkas Wapres.
Sebelumnya, Bupati Tanah Datar Irdinansyah Tarmizi, dalam sekapur sirihnya menyampaikan selamat datang kepada Wapres di Kabupaten Tanah Datar dan Istano Basa Pagaruyung. Istana Pagaruyung adalah salah satu cagar budaya yang merupakan kebanggan dan simbol kejayaan masyarakat Minang di masa lalu. Irdinansyah menilai, bahwa sektor pariwisata dan pertanianlah merupakan andalan dari kabupaten terkecil di Sumbar ini.
“Pemda Kabupaten Tanah Datar telah menetapkan upaya pengembangan prioritas pembangunan adalah di bidang pariwisata, disamping peningkatan kualitas sumber daya manusia dan di bidang pertanian”, jelas Irdinansyah.
Komplek Istano Basa Pagaruyung adalah nama duplikat tempat tinggal keluarga kerajaan Minangkabau yang sekaligus menjadi Pusat Kerajaan Minangkabau pada masanya. Dalam kunjungannya ke Istano Basa sini, Wapres melakukan serangkaian proses adat.
Proses adat tersebut dimulai dengan “Menaiki Rumah Gadang Istano Pagaruyung” sebagai wujud rasa syukur Masyarakat Minangkabau. Setelah itu, untuk penggunaan Rumah Gadang, secara adat dilaksanakan Makan Bajamba yang diikuti dari unsur masyarakat, tokoh adat, pemuka agama, para tokoh perantau Minang dan urang Sumando se-Indonesia. Makan Bajamba adalah tradisi makan yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau dengan cara duduk bersama-sama di dalam suatu ruangan atau tempat yang telah ditentukan. Makan bajamba dilangsungkan dalam suatu ruangan atau tempat yang telah ditentukan, diikuti oleh lebih dari puluhan hingga ribuan orang yang kemudian dibagi dalam beberapa kelompok terdiri dari 3 sampai 7 orang yang duduk melingkar, dan di setiap kelompok telah tersedia satu dulang yang di dalamnya terdapat sejumlah piring yang ditumpuk berisikan nasi dan berbagai macam lauk. Secara harafiah makan bajamba mengandung makna yang sangat dalam yaitu memunculkan rasa kebersamaan tanpa melihat perbedaan status sosial.
Istano Basa Pagaruyung terdiri dari 3 (tiga) lantai, 72 tonggak serta 11 gonjong. Dari segi arsitektur, bangunan Istano Basa Pagaruyung mempunyai ciri khas dibandingkan dengan bangunan Rumah Gadang yang terdapat di Minangkabau. Kekhasan yang dimiliki bangunan ini tersirat dari bentuk fisik bangunan yang dilengkapi ukiran falsafah dan budaya Minangkabau. Sementara, Rumah Gadang Minangkabau dibangun berdasarkan mufakat semua anggota kaum dan atas persetujuan Panghulu Nagari dan dibiayai oleh Suku.
Istano Basa Pagaruyung pernah mengalami 2 kali kebakaran, pertama dibakar oleh Belanda pada tahun 1804 dan terakhir terkena musibah pada tahun 2007. Setelah kebakaran terakhir pada tanggal 27 Februari 2007, pembangunan Istano Baso Pagaruyung dilakukan kembali dengan diawali prosesi adat Batagak Tonggak Tuo yang dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada tanggal 8 Juli 2007, sementara peresmiannya sebagai museum terbuka dilakukan oleh Presiden SBY pada tanggal 30 Oktober 2013.
Pembangunan kembali Istano Basa Pagaruyung menghabiskan dana sekitar 27 Milyar yang meliputi 800 kubik kayu surian dan meranti, 260 ton ijuk untuk atap dengan konstruksi atap baja ringan, serta sebagian dinding dengan beton yang dilapisi kayu ukiran. (KIP, Setwapres)