Jakarta. Melemahnya pertumbuhan ekonomi nasional, salah satunya disebabkan turunnya ekspor dan masih besarnya nilai impor, terutama produk bahan pangan. Hal ini, diharapkan dapat menjadi peluang untuk meningkatkan produktivitas dalam negeri sehingga tujuan swasembada dapat tercapai.
“Ada suatu hal yang negatif, yang bisa dijadikan positif, adalah kita pada masa sekarang dan masa lalu masih mengimpor. Artinya adalah ada kesempatan meningkatkan produktivitas dalam negeri,” demikian seperti disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat menjadi keynote speaker dalam acara “Indonesia Economic Outlook 2016” yang diselenggarakan oleh Media Grup, di Hotel Borobudur, Selasa 1 November 2015.
Impor produk pangan, lanjut Wapres, masih terus berlangsung hingga saat ini, meskipun nilainya cenderung menurun, seperti beras, jagung, daging, dan kedelai. Dengan menurunkan impor, diharapkan dapat membuka peluang bagi petani dalam negeri untuk memenuhi pasokannya, sehingga produktivitas naik dan menyejahterakan petani.
“Karena itulah, kenapa anggaran pertanian ditingkatkan untuk memperbaiki bibit, memperbaiki pupuk, pengairan dan sebagainya,”ujar Wapres.
Kemudian Wapres kembali menekankan pentingnya pengelolaan ekonomi yang lebih efisien, agar dapat memenangkan persaingan global.
“Ini zaman kompetisi yang tidak bisa dihindari. Maka artinya kompetisi selalu bicara tiga hal, lebih baik, lebih murah, atau lebih cepat,” tutur Wapres.
Menghadapi persaingan di tengah lesunya ekonomi, lanjut Wapres, agar tetap optimistis dengan potensi yang dimiliki di dalam negeri, seperti penduduk yang besar, sumber daya yang melimpah dan tenaga kerja usia muda produktif yang besar.
“Selalu kita menggambarkan kekuatan kita, karena kita besar. Artinya pasarnya besar sekaligus sumber dayanya besar dan juga suatu resources yang besar. Itu kekuatan yang selalu kita bicarakan dan memanglah disitu kenapa orang tertarik masuk ke Indonesia,” terang Wapres.
Selanjutnya menepis kekhawatiran sebagian kalangan terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan, Wapres meyakinkan bangsa ini cukup mampu bertahan bahkan tumbuh lebih tinggi lagi bila dikelola dengan baik dan benar.
“Kalau kita di ASEAN ini, kita berada di tengah-tengah. Kita di bawah Filipina, di bawah Malaysia sedikit, tapi tentu kita di atas Singapura, di atas Thailand, kita berada di tengah. Jadi artinya kalau kita tidak bisa me-manage, kita bisa turun tapi kalau kita me-manage baik, kita bisa naik, itu posisi kita. Not so bad, but not so good,” jelas Wapres.
Lebih jauh, Wapres menegaskan pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. “Sekarang ini yang dipahami sebagian besar negara, apabila ingin lepas dari masalah, peranan pemerintah harus kuat,” tegas Wapres.
Keuangan, Energi, Infrastruktur dan Birokrasi
Dalam kesempatan ini, masih terkait persaingan global, Wapres berpendapat pentingnya memperbaiki ekonomi Indonesia dengan 4 hal, yakni keuangan, infrastruktur, energi dan birokrasi.
Sektor keuangan, Wapres menyinggung kecilnya nilai cadangan devisa yang dimiliki bangsa Indonesia. Devisa yang masuk, lanjut Wapres, tidak sepadan nilainya dengan ekspor yang telah dilakukan. Wapres mengharapkan perbaikan mekanisme dan pengelolaan devisa, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan.
“Mengapa devisa kita sedikit. Pengertian ekspor adalah keluarnya barang dan masuknya uang. Negara Indonesia terlalu bebas. Akhirnya uang dikumpulkan di Singapura untuk melawan kita juga. Kita ini dilemahkan dari luar dengan uang kita sendiri,” seru Wapres.
Sektor infrastruktur, Wapres mengatakan pemerintah sedang berupaya menggenjot pembangunan infrastruktur, karena terkait erat dengan rantai pasokan dan logistik di tanah air.
“Karena itu, maka Kementerian PU kita instruksikan membangun jalan sebanyak-banyaknya, juga kereta api sepanjang-panjangnya,” tandas Wapres.
Sektor energi, Wapres menilai pentingnya ketersediaan energi yang memadai bagi industri nasional, selain faktor harganya juga murah untuk dapat berkompetisi di kawasan ASEAN.
“Energi kita sebenarnya tidak mahal benar. Mahal dibanding dengan katakanlah Cina dibanding dengan Vietnam, tapi murah dibanding Filipina, dengan Malaysia kita lebih murah, ada juga Singapura lebih murah,” tambah Wapres.
Sektor birokrasi, Wapres mengemukakan dua hal yang menjadikan birokrasi berjalan lambat saat ini, yakni terlalu banyaknya jumlah aparat yang ada sehingga mengakibatkan jalur birokrasi yang panjang dan terlalu takutnya birokrasi dalam mengambil keputusan.
“Karena orang ketakutan dengan korupsi, sehingga orang tidak berbuat apa-apa. Justru malah merugikan negara,” keluh Wapres.
Sebelumnya Ketua Dewan Redaksi Media Grup Saur Hutabarat mengatakan pentingnya membaca kondisi ekonomi saat ini, untuk menyusun strategi dan langkah bagi Indonesia ke depan. “Barang siapa yg tidak bertindak hari ini, maka dia tidak akan memenangkan masa depan,” ujar Saur
Turut hadir dalam acara kali ini, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardoyo, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan Kepala BKPM Franky Sibarani. (Taufik Abdullah)