Kantor Wakil Presiden. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menerima Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik, Selasa, 5 Mei 2015 di Kantor Wakil Presiden. Kedatangan Malik untuk membahas rencana Wapres yang akan melakukan kunjungan kerja ke London, Inggris. Selain menjadi pembicara dalam Federation of Cocoa Commerce (FCC) Dinner, Malik berharap Wapres juga dapat melakukan pertemuan dengan pelaku bisnis terkemuka di negara kerajaan tersebut. “Kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat di negara kami akan potensi yang dimiliki Indonesia,” ujar Malik.
Malik yang fasih berbahasa Indonesia berpandangan, Indonesia merupakan negara besar dan memiliki banyak potensi, namun masih malu-malu untuk tampil di kancah internasional, sehingga keberadaan Indonesia belum terlalu dikenal dunia. “Tapi kami melihat Indonesia sebagaimana kami melihat India dan China,” ungkap Malik.
“Dua hal yang membuat suatu negara dikenal, yaitu kaya dan kontroversial, Indonesia tidak kedua-duanya,” gurau Wapres menanggapi pernyataan Malik.
Namun, Wapres menjelaskan bahwa Indonesia telah memainkan peranan di dunia internasional seperti menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 2015 yang baru berlangsung April lalu. Dalam KAA, kata Wapres, Indonesia mengundang pula 40 negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk membahas pencegahan berkembangnya radikalisme yang kini tengah terjadi, seperti ISIS. “Karena negara-negara tersebut tidak mau, semua minta Indonesia yang mengambil peran,” ucap Wapres.
Dalam pertemuan itu, Malik juga menyarankan, untuk meningkatkan hubungan perdagangan kedua negara, Indonesia menunjuk secara khusus Utusan Perdagangan (Trade Envoy). “Kalau Indonesia memiliki utusan yang sangat memahami usaha di Indonesia sekaligus memiliki teknik diplomasi ekonomi, akan memudahkan Indonesia mengundang investor asing termasuk Inggris yang merupakan bagian dari Eropa,” jelas Malik.
Menurut Malik, Eropa memiliki benyak potensi dalam hal perdagangan dengan Indonesia. Potensi tersebut antara lain, Eropa merupakan pasar industri lima terbesar di dunia, Eropa menjadi tujuan perdagangan pertama di dunia, kerjasama perdagangan Indonesia-Eropa mengalami surplus, kumpulan para investor di Eropa adalah terbesar setelah Singapura. Malik mengakui kondisi Eropa sempat mengalami krisis namun saat ini sudah mulai bangkit dan Inggris yang paling kuat ekonominya di antara negara-negara Eropa lain.
Menanggapi hal tersebut, Wapres bercerita sebelumya Indonesia juga memiliki Utusan Khusus untuk negara-negara Timur Tengah yang dijabat oleh Alwi Shihab. Salah satu tugasnya adalah meningkatkan hubungan perdagangan dengan negara-negara Timur Tengah. Apa yang diusulkan Malik tak jauh berbeda dengan Utusan Khusus ini, untuk itu Wapres mendukung dan akan membahasnya lebih jauh lagi.
Hal lainnya yang disampaikan Malik adalah kerjasama dalam hal kontrol lalu lintas udara di Bandara Soekarno-Hatta. Melalui National Air Traffic Service (NATS), Malik berharap, perusahaan terbesar dalam layanan kontrol lalu lintas udara di Inggris tersebut, dapat membuat pergerakan lalu lintas udara di bandara yang berlokasi di Cengkareng ini lebih efisien dan lebih aman.
Terkait peranan Indonesia dalam mencegah berkembangnya radikalisme, Malik menilai, langkah tersebut sudah tepat. Radikalisme, kata Malik, memang terjadi di mana-mana termasuk Indonesia, namun Indonesia yang paling baik dalam menanganinya dibanding negara-negara lain. “Kami membutuhkan Indonesia, dalam menangani radikalisme yang menjadi permasalahan dunia,” ucap Malik. (Siti Khodijah)
****