Kantor Wakil Presiden. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menerima Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik di Kantor Wakil Presiden, Merdeka Utara, Senin, 7 Desember 2015. Kedatangan Malik untuk membahas leboh lanjut agenda peningkatan kerjasama antara Indonesia dengan Inggris, antara lain kerjasama ekonomi dan pengendalian resiko tindakan ekstrimisme.

Menurut Malik, berkembangnya ideologi ISIS saat ini menjadikan resiko ektremisme bertambah banyak. Untuk itu, lanjut Malik, pemerintah Inggris ingin bekerjasama dengan pemerintah Indonesia untuk memerangi ideologi yang mematikan tersebut. Malik meyakini Indonesia memiliki catatan yang kuat tentang toleransi beragama, pluralisme, dan keberagaman. “Kita ingin belajar dari pengalaman Indonesia dan bagaimana kita dapat bekerjasama dalam tataran internasional untuk mencoba menghilangkan ideologi ekstrimisme yang penuh kekerasan ini,” ungkap Malik.

Malik juga menyampaikan rencana pemimpin muslim Inggris senior dari Oxford Centre for Islamic Studies yang akan berkunjung ke Indonesia dalam beberapa bulan mendatang. Kunjungan tersebut, kata Malik, nantinya diharapkan dapat membangun kemitraan antara muslim Inggris dengan muslim Indonesia.

Wapres menyambut baik rencana kerjasama Indonesia dan UK yang disampaikan Dubes yang fasih berbahasa Indonesia tersebut. Terkait ISIS, Wapres menjelaskan, kelompok garis keras tersebut layaknya sekumpulan anak-anak muda yang marah dan sedang memperjuangkan sesuatu namun dengan pehamaman yang dangkal, ingin mendapatkan surga. Padahal menurut Wapres, cara-cara yang keras dengan membunuh orang-orang tak berdosa, wanita, dan anak-anak, tidak akan membawa mereka ke surga tetapi malah ke neraka.

Wapres mengisahkan pengalamannya ketika menangani konflik di Ambon. Di depan jamaah Kristen Wapres menegaskan bahwa dengan membunuh tidak akan membawa mereka ke surga. Begitupun di depan jamaah muslim, bahwa membunuh hanya akan membawa mereka ke neraka. “Anda semua tidak akan masuk surga,” kata Wapres saat itu.

Untuk itu, lanjut Wapres, agar pemahaman yang ekstrim tidak berkembang di negara ini, pemerintah Indonesia berencana membangun Perguruan Tinggi Islam bertaraf internasional. “Kenapa masyarakat Indonesia harus jauh-jauh belajar tentang kajian Islam ke Timur Tengah, kalau kini negara-negara tersebut dan juga negara-negara lain justru belajar ke Indonesia?” tegas Wapres.

Selain kerjasama toleransi beragama, dalam pertemuan tersebut dibahas pula iklim investasi di Indonesia. Malik mengatakan, menurut World Bank, index kemudahan berusaha (ease of doing business) di Indonesia mengalami peningkatan, dari 114 menjadi 109. Namun peringkat ini masih yang terlemah di kawasan Asia.

Sementara, lanjut Malik, Inggris saat ini berada di peringkat 8 dan menargetkan untuk berada di peringkat 5. Untuk memperoleh peringkat ini, maka diperlukan rencana aksi dan langkah-langkah yang jelas. Malik mengakui, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah yang tepat berupa paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan secara bertahap. “Kami berharap kami dapat turut membantu Indonesia dalam mengambil langkah-langkah yang dapat memperbaiki iklim investasi di Indonesia di tahun-tahun yang akan datang,” ungkap Malik.

Terkait hal tersebut Wapres menegaskan bahwa paket kebijakan yang diluncurkan pemerintah Indonesia harus senantiasa diikuti dengan tindakan-tindakan yang nyata. “Bukan hanya paketnya yang diluncurkan, tetapi implementasinya dari kebijakan yang telah diambil,” pungkas Wapres.

Hadir mendampingi Dubes Inggris Moazzam Malik, Kepala Pejabat Politik Internal Louis Clarke, dan Direktur Pusat Kajian Islam Oxford, Universitas Oxford, Farhan Nizami.

*****